Virus Korona: Manila Berubah Jadi Kota Hantu
Manila — Manila, ibu kota Filipina dan megacity berpenduduk 12 juta, tak ubahnya kota hantu beberapa jam setelah pemerintah menutup perbatasan untuk menahan penyebaran virus korona, atau Covid1-19.
Jalan-jalan di sekujur Manila lengang, hanya mobil-mobil petugas meluncur dengan kecepatan tinggi, dan tidak ada orang lalu-lalang berjalan kaki.
Penutupan kota, atau lockdown, direncanakan sejak Sabtu 14 Maret 2020. Kemain, Minggu 15 Maret 2020, Kementerian Kesehatan Filipina mengkonfirmasi 28 kasus baru. Filipina kini memiliki total kasus 140, dengan sebelas kematian.
Baca Juga:
— Virus Korona: Masjid Al Aqsa dan Dome of Rock Ditutup
— Cina Demam Teori Konspirasi Virus Korona Berasal dari AS
— Korsel Temukan Cluster Virus Korona Terbesar di Seoul
Seorang gadis usia 11 tahun tercatat sebagai korban terjangkit paling muda.
Makati, distrik bisnis paling populer di Filipina, nyaris tanpa manusia. Mall tutup. Pelayan yang biasa sibuk melayani pengunjung kini menghabiskan waktu dengan bercanda.
Minggu biasanya saat paling ramai bagi Makati. Orang-orang yang pulang misa di gereja-gereja terdekat, akan memadati setiap restoran.
Bus dan kereta api masih beroperasi, tapi nyaris tanpa penumpang.
Bobric Caballo, pengemudi taksi di Menila, mengatakan Covic-19 ternyata lebih buruk dari perang. “Kami semua terpengaruh,” katanya. “Yang paling parah adalah penghasilan kami.”
Pada hari biasa, Caballo membawa pulang penghasilan 50 dolar AS per hari — lima kali lipat dari upah minimum di Filipina. Kini, jika beruntung, dia masih bisa membawa pulang 20 dolar AS per hari.
Ada tumpukan masker di dalam taksi, dan Caballo akan selalu memberikan kepada penumpang yang tidak memiliki.
Sebelumnya, pada 12 Maret 2020, Presiden Rodrigo Duterte berpidat di depan rakyat Filipina untuk mendeklarasikan karantina komunias. Akses utama domesetik; darat, laut, dan udara, ditangguhkan mulai 15 Maret sampai 14 April.
Pos pemeriksaan, yang diisi polisi dan militer, berfungsi sebagai patroli perbatasan. Seluruh sekolah ditangguhkan selama satu bulan. Jam malam diberlakukan mulai pukul 20:00 sampai 05:00.
‘Bukan Kuncian’
Duterte tidak menggunakan kata lockdown, karena berpotensi memicu kekhawatiran akan kelumpuhan sektor perekonomian.
“Kami tidak ingin menggunakan kata itu, karena khawatir semua orang takut dikurung,” kata Duterte. “Tapi, ini adalah lockdown.”
Sebanyak 56 pos pemeriksaan disiapkan untuk memblokir keluar-masuk orang dari dan ke 17 distrik yang membentuk Metro Manila. Orang yang masuk menghadapi pemeriksaan suhu tubuh, dan diberondong pertanyaan.
Wakil Menteri Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah (DILG) Jonathan Malaya mengatakan implementasi pos pemeriksaan adalah mimpi buruk logistik. “Tapi langkah drastis ini diperlukan,” katanya.
Namun, kepala Kantor Polisi Kawasan Ibu Kota Nasional (NCRPO) Debold Sinas mengatakan hanya setengah dari seluruh pos pemeriksaan memiliki peminadi thermal.
“Jika pemindai thermal belum cukup, kami akan memindahkan yang kami miliki di kantor polisi ke pos pemeriksaan,” katanya.
Langkah Drastis
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperlihatkan latihan permodelan matematika kepada pemerintah, yang mengindikasikan skenario penyebaran virus korona di Filipina.
Skenario terburuknya, wabah akan menyebar di Filipina dan menjangkiti 70 ribu orang. WHO mendesak Filipina mengadopsi semua tindakan untuk mengendalikan wabah; mengisolasi kasus, membuat jarak sosial, dan terus melakukan pengujian.
Dr Edsel Salvana, spesialis penyakit menular dan anggota gugus tugas Covid-19, mengatakan; “Sebelumnya, kami tidak memiliki kasus terkonfirmasi. Ketika terjadi penularan di masyarakat, kasus-kasus akan meningkat cepat. Begitulah yang terjadi di setiap epidemi.”
Filipina, dengan semua keterbatasannya, telah mengambil langkah drastis untuk menyelamatkan ribuan nyawa. Menariknya, rakyat di negeri paling demokratis di Asia Tenggara itu sangat patuh.