Oikos

Omzet 78 Persen Pelaku UKM Merosot, Kreativitas Jadi Tantangan

JERNIH – Pelaku usaha kecil dan menengah ikut terdampak Pandemi Covid-19 yang terjadi selama 9 bulan terakhir ini. Sebanyak 78 persen pelaku usaha, seperti terungkap dalam survei, mengalami penurunan omzet.

Survei dilakukan Paper.id bersama SMESCO dan OK OCE terhadap lebih dari 3.000 responden di 22 provinsi di Indonesia bertajuk “Dampak Pandemi Covid-19 terhadap UMKM”.

Sebagian besar pelaku usaha yang mengalami penurunan omzet itu di antaranya yakni 67,5 persen responden lebih dari 20 persen. Adapun 3 jenis usaha yang mengalami dampak paling besar adalah kuliner sebesar 43,09 persen; jasa 26,02 persen; dan fashion 13,01 persen.

Dari survei tersebut ditemukan bahwa dampak penurunan omzet menyebabkan terhambatnya kegiatan operasional dan finansial usaha. Seperti yang dialami 65 persen responden yang mengaku mengalami masalah pada kegiatan usaha, seperti usaha harus tutup sementara, dan kesulitan adaptasi WFH. Sementara itu, 24 persen permasalahan lainnya diakibatkan oleh penurunan daya beli konsumen.

Pandemi Covid-19 ini juga menghantam masalah financial seperti 68 persen responden mengaku mengalami masalah keuangan internal, seperti kenaikan biaya operasional untuk protokol kesehatan (masker dan hand sanitizer), dan harus menggunakan modal kerja pribadi. Sementara itu, 26 persen responden mengaku kesulitan dalam mengajukan pinjaman ke bank.

Meski demikian, masalah pandemi ini tidak menghalangi kreativitas para pelaku usaha dalam mencari solusi sehingga usahanya dapat tetap berjalan. Mayoritas responden memilih untuk mencari pasar baru (23,93 persen) dan 13,44 persen responden memilih melakukan pivot bisnis atau menjual produk baru. Sebagian besar memilih untuk menjual produk yang laku di pasaran seperti masker atau produk kesehatan.

CEO dan Co-Founder Paper.id, Jeremy Limman menuturkan bahwa pandemi memang memberikan dampak kepada ekosistem bisnis di dunia, tapi di sisi lain pandemi juga mendorong kreativitas para pelaku usaha dalam membuat inovasi baru. Seperti krisis finansial di tahun 2008 yang akhirnya memunculkan fintech.

“Saya optimis sekali, pandemi ini akan melahirkan banyak tren bisnis baru, asalkan para pelaku usaha mau beradaptasi dengan keadaan dunia yang baru,” ujarnya, Jumat (13/11/2020)

Kepala Seksi (KASI) Humas SMESCO Indonesia Mirah Ayu, menambahkan bahwa bidang usaha terkait kebutuhan dasar dan kesehatan serta segala usaha berbasis digital, baik produk jasa maupun cara penjualannya akan makin banyak diminati.

“Beberapa produk seperti Frozen food, minuman herbal, hand sanitizer, masker, serta travel kit untuk menunjang gaya hidup masyarakat yang mobile sepertinya akan paling banyak dicari baik saat dan setelah pandemi,” terangnya.

Sementara itu, Indra Cahya Uno Pendiri OK OCE mengatakan selama pandemi, masyarakat sudah terbiasa menghadapi tantangan-tantangan yang ada, dengan menerapkan protokol kesehatan. Kebiasaan ini, sambungya, tidak akan luntur pasca pandemi dan dia akan terus melekat. “Tantangan-tantangan tersebut akan dapat kita hadapi jika kita saling membantu untuk mengubah tantangan menjadi peluang usaha yang baru,” ujarnya.[*]

Back to top button