Solilokui

“Percikan Agama Cinta”: Tentang Isi dan Jilid Buku Kehidupan

Dari segumpal dagingmu itu. Memancar cahaya-cahaya langit. Menyapa para penghuni bumi di lorong-lorong kegelapan. Dan, kunamai lilin-lilin itu dengan sebuah kata: watak. Maka, Tuhan pun mengutus Sang Nabi Cinta dengan satu misi mulia: menyempurnakan karakter manusia.

JERNIH—Saudaraku,

Janganlah engkau terpesona dengan pakaian lahiriah. Karena pakaian ragawi itu bisa menjebakmu terperangkap ruang kepalsuan. Janganlah engkau terpegun dengan sebutan kehormatan beraroma kemuliaan atasnama orang suci. Karena sebutan itu bisa membawamu pada iklim fanatisme buta: mematikan akal, memandulkan hati, mentunakan akhlak.

Deden Ridwan

Ketahuilah. Tuhan, Sang Mahacinta, acap kali menegaskan, “Dia tak menilai dirimu secara jasadiah. Dia lebih suka menyelami sisi batin demi mengukur kualitas denyutmu.” Karena hatimu sungguh bersifat otentik, tak mungkin bisa ditukar dengan sekeping batu-batu berlian.

Pastilah! Dari segumpal dagingmu itu. Memancar cahaya-cahaya langit. Menyapa para penghuni bumi di lorong-lorong kegelapan. Dan, kunamai lilin-lilin itu dengan sebuah kata: watak. Maka, Tuhan pun mengutus Sang Nabi Cinta dengan satu misi mulia: menyempurnakan karakter manusia. Hanya dengan kekuatan tabiat itu, engkau bisa meresapi harkatmu dengan saling mencintai sesama  manusia.

Percayalah. Ketika hakikat realitas-realitas itu tersingkapkan, niscaya tampak keburukan laku mewarnai  senarai awang-awang. Kebeningan rupa ternyata tak selalu segaris dengan tindakan. Modelmu berpakaian pun menjadi mengada-ada. Aku malah miris. Melihat kepalsuan dan kebohongan berlindung kompak di balik jubah, tatkala keotentikan laku tak mampu hadir di hadapanmu.  

Renungkanlah. Kemuliaan abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu yang engkau miliki. Bukan terletak pada wajah dan pakaianmu. Bukan pula karena asal-usul, tapi tergantung pada jejak lakumu dalam berkarya demi melayani dunia. [Deden Ridwan]

Back to top button