Spiritus

Para Pencari Ilmu yang Sesungguhnya

Oleh: KH Dr Ahmad Imam Mawardi*

KALAU kita baca kisah para ulama jaman dahulu saat mencari ilmu, kita mendapatkan info bahwa mereka senang berkelana jauh sekali mencari orang yang tepat untuk menjadi guru.

Lihatlah terlebih dahulu akhlak kesehariannya dan penguasaannya akan ilmu. Mereka benar-benar istikharah memohon petunjuk Allah dalam memilih guru dan mengambil ilmu agama darinya. Perjalanan mencari ilmu adalah perjalanan penat namun nikmat penuh berkat.

Mereka para ulama jaman dahulu terus berkeliling dari satu kota ke kota lainnya, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Ilmu sangat langka, sulit, dan berharga sekali. Karena tahu akan nilai dan harga ilmu itulah maka mereka tekun dan terus belajar demi menemukan kebenaran hakiki. Mereka sibuk sekali mencari ilmu.

Kini, di jaman informasi dan teknologi digital ini, “ilmu” bertebaran di media sosial, bertebaran di internet. Seringkali kita dibuat tidak tahu siapa yang menulis, siapa yang megupload dan siapa yang menyebarkan. Banyak di antara pembacanya yang langsung menganggapnya sebagai sebuah kebenaran bahkan sebagai satu-satunya kebenaran.

Muncullah ustadz dadakan, penceramah tiban alias tiba-tiba tanpa berguru yang sesungguhnya. Lalu di antara mereka ada yang berani menghina dan mencaci ulama yang sesungguhnya, bahkan mengkafirkan semua yang tidak sependapat dengan dirinya.

Masyarakat dikompori setiap saat melalui kebebasan berbicara dan berpendapat walau tanpa batas. Masyarakat terbelah dan negarapun goncang. Siapakah yang rugi jika kemudian negeri ini kacau serta dipenuhi dengan permusuhan? Bukankah agama menghendaki damai dan cinta kasih? Kepada siapakah kita harus belajar agama yang benar di jaman yang “ilmu” bertebaran di mana-mana?

Catatan saya dalam hal ini ada dua: pertama, kalau jaman dahulu orang sibuk mencari ilmu yang memang jarang dimiliki banyak orang, kita kini harus sibuk menyeleksi ilmu yang bertebaran di sekeliling kita, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang datang dari ahlinya dan mana yang datang dari provokator; kedua, carilah guru yang jelas nasab kelmuannya. Teliti, dia ahli di di bidang agama apa di bidang lain, dia punya guru apa belajar agama dengan otak atik sendiri. Cerdaslah dalam mencari guru, jangan mau dibodohi. Ajak saya mencari guru yang benar ya. Salam, AIM. [*]

* Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya

Back to top button