Pejuang Ukraina Tewaskan Komandan Tentara Rusia; Rusia Blokir Instagram
“Sebagai akibat dari invasi Rusia ke Ukraina, kami untuk sementara mengizinkan bentuk ekspresi politik yang biasanya melanggar aturan kami seperti pidato kekerasan seperti ‘matikan penjajah Rusia’. Kami masih tidak akan mengizinkan seruan yang kredibel untuk melakukan kekerasan terhadap warga sipil Rusia,” kata juru bicara Meta dalam sebuah pernyataan, sebagaimana diberitakan Reuters.
JERNIH—Para pejuang kemerdekaan Ukraina berhasil menewaskan Komandan Tentara Rusia, Andrei Kolesnikov. Hal itu dikatakan Penasihat Menteri Dalam Negeri Ukraina, Anton Gerashchenko. Sementara hari ini Rusia berencana memblokir Instagram, setelah Meta melonggarkan sikap terhadap pidato Putin yang dianggap berisi ujaran kebencian.
“Kabar baik hari ini, Mayor Jenderal Andrei Kolesnikov, Komandan Angkatan Darat ke-29 Distrik Militer Timur, menjadi KIA (korban dalam aksi/ killed in action) hari ini,” tulis Gerashchenko di Telegram, Jumat, serta diberitakan kantor berita Interfax.
Sementara pada hari yang sama Rusia berencana memblokir Instagram setelah Meta melonggarkan sikap terhadap seruan kebencian yang bergaung di media social terhadap Putin dan tentara Rusia. Rusia mengklaim platform media sosial itu telah digunakan untuk menghasut ‘kerusuhan massal disertai kekerasan’.
Rusia bermaksud segera memblokir Instagram, setelah perusahaan induknya, Meta, mengatakan akan mengizinkan seruan keras terhadap Vladimir Putin dan tentara Rusia yang terlibat dalam invasi ke Ukraina muncul di platform media sosial.
Jaksa Rusia menuntut agar akses ke Instagram diblokir pada hari Jumat. Kantor kejaksaan umum Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah bergerak untuk menyatakan Meta sebagai “organisasi ekstremis dan melarang kegiatannya di wilayah Rusia”, mengklaim bahwa platform tersebut juga telah digunakan untuk menghasut “kerusuhan massal yang disertai dengan kekerasan”. Beberapa gubernur regional Rusia juga menghapus akun Instagram mereka pada hari Jumat, kantor berita negara, RIA Novosti, melaporkan.
Meta merupakan perusahaan induk Facebook, yang aksesnya diblokir oleh pemerintah Rusia minggu lalu, dan WhatsApp, salah satu aplikasi perpesanan paling populer di Rusia. Belum jelas apakah WhatsApp juga akan menjadi target regulator pemerintah.
Facebook dan Instagram memungkinkan pengguna menyerukan kematian kepada tentara Rusia di Ukraina. Tindakan keras terhadap raksasa media sosial itu akan semakin membatasi akses sebagian besar orang Rusia ke informasi luar tentang perang, dan meningkatkan pengaruh media pemerintah. Putin pekan lalu menandatangani undang-undang baru yang mengancam orang Rusia yang dituduh berbagi “informasi palsu” tentang perang, hingga 15 tahun penjara.
Keputusan Meta untuk mengizinkan pidato yang menargetkan orang Rusia adalah bagian dari gelombang luar biasa aktivisme perusahaan itu atas invasi Rusia ke Ukraina, dengan ratusan merek keluar dari pasar Rusia. Invasi telah menyebabkan ribuan kematian dan menciptakan krisis pengungsi di Eropa dengan lebih dari 2 juta orang melarikan diri dari Ukraina setelah hanya dua minggu perang.
“Sebagai akibat dari invasi Rusia ke Ukraina, kami untuk sementara mengizinkan bentuk ekspresi politik yang biasanya melanggar aturan kami seperti pidato kekerasan seperti ‘matikan penjajah Rusia’. Kami masih tidak akan mengizinkan seruan yang kredibel untuk melakukan kekerasan terhadap warga sipil Rusia,” kata juru bicara Meta dalam sebuah pernyataan, sebagaimana diberitakan Reuters.
Dalam email yang baru-baru ini dikirim ke moderator, Meta menyoroti perubahan dalam kebijakan ujaran kebencian yang berkaitan dengan tentara Rusia dan Rusia dalam konteks invasi, kata Reuters.
“Kami mengeluarkan kelonggaran spirit-of-the-policy untuk mengizinkan pidato kekerasan T1 yang seharusnya dihapus di bawah kebijakan ujaran kebencian ketika: (a) menargetkan tentara Rusia, kecuali tawanan perang, atau (b) menargetkan Rusia di mana itu jelas bahwa konteksnya adalah invasi Rusia ke Ukraina (misalnya konten menyebutkan invasi, pembelaan diri, dll),”kata pihak Meta. [Interfax/ Reuters/Guardian]