Crispy

Mengapa Virus Korona tak Mewabah di Taiwan?

Taipei — Idealnya, Taiwan adalah wilayah di luar Cina yang seharusnya terpukul wabah virus korona paling keras. Namun, mengapa itu tidak terjadi?

Sekitar 850 ribu orang Taiwan bermukim dan bekerja di Cina. Menjelang Imlek 2020, ketika virus korona mulai menyebar di Wuhan, ribuan orang Taiwan pulang kampung.

Di Wuhan, virus menjangkiti ribuan orang dalam hitungan hari, yang membuat kota itu ditutup. Ketika virus mencapai kota-kota di sekujur Propinsi Hubei, tindakan penutupan juga diberlakukan di belasan kota lainnya.

Baca Juga:
— Inilah Cara Panik Paling Ekstrem Menghadapi Virus Korona
— Gagal Menyediakan Masker, Presiden Korsel Moon Jae-in Minta Maaf
— Virus Korona: Berhentilah Beli Masker, Itu tak Berguna

Di Taiwan, pemerintah menemukan 45 kasus dengan satu kematian. Tidak ada kota ditutup, dan pembangunan rumah sakit untuk mengkarantina pasien.

Ketika jumlah korban terjangkit di Cina mencapai 80 ribu, dan virus menyebar ke banyak negara, jumlah kasus di Taiwan tak bertambah dan tidak ada kematian tambahan.

Respon Cepat

Sukses Taiwan menangani penyebaran virus korona disebabkan satu hal; respon awal yang saat virus masih kurang dipahami dan cara penularannya belum jelas.

Taiwan mengandalkan pengalaman bersejarah, saat epidemi SARS, dan tidak menunggu instruksi atau apa pun dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).

“Taiwan sangat terpukul oleh SARS, dan mereka belajar dari pengalaman pahit itu,” kata Chunhuei Chi, profesor di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Pengetahuan Manusia di Oregon State University.

Setelah epidemi SARS, katanya, Taiwan mendirikan pusat komando untuk epidemi pada tahun berikutnya. Taiwan menjaga jarak dengan tempat-tempat di Asia, yang dicurigai memunculkan wabah.

Pusat komando memudahkan otoritas medis mengumpulkan data, mendistribusikan kembali sumber daya, menyelidiki kasus kasus potensial, dan menindak-lanjuti riwayat kontak mereka sehingga dengan cepat mengisolasi pasien pembawa virus.

Belajar dari SARS, Taiwan cepat melakukan pemeriksaan kesehatan para penumpang dari Wuhan pada awal Januari, jauh sebelum virus itu dinyatakan bisa menular dari dan kemanusia.

Mewaspadai Penyebar Super

Pekan pertama Februari, Taiwan mulai menjatah masker bedah — bukan masker tipis yang dijual di pasar-pasar — dan membatasi masuknya penumpang dengan riwayat perjalanan ke Cina.

Penumpang dari Macau dan Hong Kong, teridentifikasi terpapar virus atau tidak, dikarantina selama 14 hari.

Sanitiser tangan dan pemeriksaan demam menjadi kebiasaan di banyak tempat umum. Centers for Desease Control dan lembaga lain mengeluarkan peringatan ponsel, tentang kasus terbaru dan informasi tentang tempat-tempat yang dikunjungi.

Jason Wang, direktur Pusat Kebijakan, Hasil, dan Pencegahan di Universitas Stanford, mengatakan merespon wabah virus korona dengan kewaspadaan tinggi.

“Ketika wabah menjadi jelas, dan virus dikenali, mereka mulai berbuat lebih banyak,” kata Wang. “Taiwan menjadi negara yang benar-benar siap.”

Selain Taiwan, Singapura juga sukses. Saat ini Singapura memiliki seratus kasus virus korona, tapi virus tidak menyebar sedemikian rupa.

Padahal, Singapura berisiko tinggi karena statusnyas ebagai pusat transit utama orang-orang dari Cina, Hong Kong, dan kota-kota lainnya.

Seperti Taiwan, Singapura juga belajar dari SARS. Singapura bergerak cepat untuk memaksakan pemeriksaan kesehatan, sebelum menutup perbatasan pada akhir Januari 2020 untuk pelancong dari Cina.

Singapura menerapkan denda luar biasa besar bagi yang melanggar. Lainnya, menutup seluruh sekolah dan universitas.

Ada kesamaan antara Taiwan dan Singapura, yaitu keduanya menawarkan paket stimulus besar karena ekonomi terpukul akibat hilangnya wisatawan dari Cina. Namun, menurut Roy Ngerng dalam artikelnya di The News Lens, Taiwan bertindak lebih baik dibanding Singapura.

Lambat Bertindak

William Schaffner, spesialis penyakit menular di Vanderbilt University, mengatakan; “Kesan saya adalah kepemimpinan politik di Singapura dan Taiwan lebih suka menerima saran dari kementerian kesehatan, bukan ilmuwan. Saya pikir itu tindakan yang bagus.”

Tindakan Taiwan sangat kontrak dengan Cina. Beijing bertindak setelah virus menyebar luas. Jepang dan Korsel juga melakukan hal serupa dengan Cina.

Kini, Jepang memiliki 1.045 karus. Korsel, terhitung sampai hari ini, 7.000 kasus.

Wabah di Korsel muncul dari Gereja Shincheonji. Jepang kelabakan ketika kapal pesiar Diamond Princess datang dengan ratusan pengidap virus korona.

Back to top button