Desportare

Danke Mr Flick, Bayern Rebut Tiga Gelar

Lisabon – Tegang benar wajah Hans-Dieter Flick di pinggir lapangan. Memang anak-anak asuhnya sudah punya deposit satu gol. Tetapi tekanan para pemain Paris Saint Germain (PSG) terus saja menguat. Menggedor barisan belakang Bayern yang disebut Lothar Matheus adalah sisi kelemahan FC Hollywood.

Menit sudah masuk ke angka 90, tetapi wasit belum pula meniup peluit. Jika saja gawang Manuel Neuer kebobolan, malam tegang di stadion Estadio da Luz bakal panjang.

Sontak ketegangan itu berubah menjadi kelegaan luar biasa usai 5 menit tambahan berlalu. Hansi Flick, begitu ia akrab disapa bak berada di puncak pendakian kepelatihannya.

Ini gelar yang paling ditunggu ketimbang dua gelar yang telah direbut sebelumnya, yaitu Bundesliga dan DFB-Pokal mengalahkan Bayer Leverkusen. Juara Liga Champions 2019/2020 adalah untuk keenam kalinya sepanjang sejarah Bayern. Sebelumnya adalah pelatih Jupp Heynckes yang membawa Bayern mengalahkan klab senegara Borussia Dortmund pada 25 Mei 2013.

Dari 31 pelatih Bayern Munich, hanya ada lima pelatih. Selain Flick dan Heynckes ada Udo Latek, Ottmar Hitzfeld dan Dettmar Cramer. Cramer bahkan mempersembahkan dua kali juara kompetisi antarklab tertinggi di Eropa itu.

Yang istimewa bagi Flick adalah pelatih yang kurang dari setahun berada di kubu tim Bavaria ini sukses membawa pulang tiga gelar (treble) juara. Bahkan, Flick bukan pilihan ketika Jupp Heynckes undur diri sebagai pelatih pada Juni 2018.

Manajemen Bayern menunjuk Niko Kovac, pelatih Serbia yang selalu membuat sport jantung Karl Heinz Rummenigge. Sampai kemudian di penghujung 2019 Kovac didepak menyusul kekalahan memalukan dari Eintracht Frankfurt 5-1. Flick yang asisten Kovac menggantikan posisi itu.

Kala itu Bayern bak seekor banteng yang telah kehilangan tanduk. Media lokal bahkan menyebut Bayern Munich bukan lagi tim yang perlu ditakuti. “Ketika saya memulainya pada November, saya membaca berita utama: ‘Tidak perlu takut atau menghormati Bayern Munich lagi’, ‘Tim ini meprihatinkan’,” ingat Flick.

Maka suka tidak suka, ia bertanggungjawab besar membalikan cibiran media. Awalnya sulit, bahkan Bayern menelan pil pahit kalah dari tim gurem Nurnberg 5-2 pada Januari 2020.

Piala Liga Champions keenam Bayern Munich

Mungkin masih masa penyesuaian. Bukan Flick kalau tak segera bangkit. Hasilnya sejak itu Bayern Munich adalah tim yang tak pernah terkalahkan di Bundesliga. Bahkan di piala DFB-Pokal, ia menyempurnakan kemenangan telak atas seluruh klab papan atas Liga Jerman.

Pembuktian berikutnya di Liga Champions, sejumlah klab negara Eropa dihajar satu-persatu. Mulai Olympiacos Yunani (2-0), Crvena Zvezda Serbia (6-0), Tottenham Hotspurs (3-1), lalu Chelsea dibungkam 3-0 di Stamford Bridge. Begitu di kandang Allians Arena, The Blues takluk lagi dengan skor 4-1.

Bukannya kelelahan, anak-anak Bavaria bersama Flick justru menjadi-jadi. Dunia sepakbola terkaget ketika Barcelona diruntuhkan dengan skor 8-2. Messi frustasi kedua setelah gagal membawa pulang La Liga.

Sampai kemudian di babak semifinal wakil Prancis lainnya, Lyon sama sekali tak bisa menjebol gawang Neuer. Lyon tunduk dengan angka 3-0.

Puncak dari perjalanan Bayern yang berlaga tanpa bersama ribuan Die Roten adalah juara Liga Champions.

“Saya bangga dengan tim ini,” kata Flick yang berseri-seri. Menurutnya banyak perkembangan pada anak asuhnya. “Mereka orang-orang yang sangat sensasional. Kami memanfaatkan semuanya dengan maksimal. Tidak mudah untuk memenangkan tiga gelar. Itu kerja keras,” tambahnya.

Flick di mata manajemen Bayern memiliki keahlian. “Dia punya rencana yang jelas. Dia memperkenalkan kembali nilai-nilai tertentu dan tim mengikutinya dengan luar biasa. Saya pikir dia memiliki tingkat empati yang sangat tinggi dengan tim. Mereka mempercayainya dan dia mempercayai para pemain. Selain nilai kualitatif yang dia miliki sebagai pelatih, ini adalah faktor yang sangat penting,” komentar sang big boss, Rummenigge.

Maka, tak salah jika Bayern memperpanjang kontrak Flick hingga 2023. (*)

Back to top button