Crispy

Tiru KPU Indonesia, Sri Lanka Pakai Peti Mati COVID-19 dari Kardus

Setiap peti mati berharga sekitar 4.500 rupee Sri Lanka (23 dolar AS), dibandingkan dengan 30.000 rupee (150 dolar AS) untuk peti kayu termurah. Peti kardus itu mampu menampung hingga 100kg.

JERNIH—Sri Langka kini menggunakan peti mati untuk korban COVID-19 dari bahan kardus. Peti-peti kardus itu dibuat di sebuah pabrik di Kota Dehiwala-Mount Lavinia, di mana para pekerja menggunakan staples dan lem untuk merakit kotak kardus panjang, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.

Peti mati itu terbuat dari kertas daur ulang dan harganya hanya seperenam dari peti kayu termurah, menurut Priyantha Sahabandu, 51 tahun, pejabat pemerintah setempat yang pertama kali mengemukakan gagasan itu.

Ketika angka kematian Sri Lanka akibat COVID-19 melonjak, beberapa orang memilih peti mati kardus ini untuk mengkremasi orang yang mereka cintai. Negara itu mencatat angka kematian harian tertinggi 198 pada Jumat pekan lalu, dengan total kematian mencapai 7.560.

Saat ini, rata-rata sekitar 400 orang meninggal per hari di Sri Lanka karena berbagai penyebab, termasuk COVID-19, kata Sahabandu, anggota dewan kota untuk Dehiwala-Mount Lavinia, sebuah kota di Distrik Kolombo.

“Untuk membuat 400 peti mati, Anda harus menebang sekitar 250 hingga 300 pohon. Untuk mencegah kerusakan lingkungan itu saya mengajukan konsep ini ke komite kesehatan dewan,” katanya.

“Dengan merebaknya virus corona, masyarakat kesulitan membayar peti mati kayu yang mahal,” katanya.

Setiap peti mati berharga sekitar 4.500 rupee Sri Lanka (23 dolar AS), dibandingkan dengan 30.000 rupee (150 dolar AS) untuk peti kayu termurah, kata Sahabandu. Peti kardus itu mampu menampung hingga 100kg.

Peti mati pada awalnya sebagian besar digunakan untuk korban COVID-19 tetapi menjadi lebih populer di kalangan mereka yang peduli dengan lingkungan. Sekitar 350 peti mati kardus telah dikirim sejak awal 2020 dan pabrik sedang mengerjakan 150 peti lagi yang dipesan oleh dewan.

“Mayoritas orang di negara ini mendukung ini. Masalahnya hari ini adalah memasoknya. Kami sedang mengerjakannya,” kata Sahabandu.

Presiden Gotabaya Rajapaksa mengumumkan penguncian total pada Jumat lalu selama 10 hari, untuk mengekang lonjakan baru dalam kasus COVID-19 yang didorong oleh penyebaran varian Delta yang sangat menular. [Al-Jazeera]

Back to top button