Crispy

Dalam Bahasa Cina, Ramzan Kadyrov Seru Kaum Muslim Dunia Lawan NATO

Dalam pidato terkenal yang merupakan awal dari kenaikannya sebagai presiden, Putin berkata, “Kami akan mengejar teroris di mana-mana. Jika kami menangkap mereka di toilet, kami akan memusnahkan mereka di kakus.” Diperkirakan 160.000 Muslim Chechnya tewas dalam dua perang yang terjadi. Pada 2007, Putin mengangkat Ramzan Kadyrov sebagai orang kuat Chechnya. Sejak itu Kadyrov dengan kejam menekan semua oposisi, dan tidak pernah lelah menyatakan kesetiaannya yang tak kenal batas kepada Putin.

JERNIH—Pemimpin Chechnya yang sering disebut-sebut sebagai diktator, Ramzan Kadyrov, mendesak kaum Muslim di seluruh dunia untuk “bersatu dalam upaya bersama melawan NATO”. Kadyrov menyerukan hal tersebut dengan berbicara dalam bahasa Cina.

Seruan Kadyrov yang dimuatnya di saluran Telegram pribadi serta kantor berita Kremlin, TASS, itu mengatakan bahwa Aliansi Militer Atlantik Utara itu mengancam keberadaan seluruh dunia. “Tetapi Rusia, bertentangan dengan semua ramalan Barat, telah menantang kejahatan ini dan dengan percaya diri bergerak menuju kemenangan,” kata dia.  

Berpanjang-panjang Kadyrov mengatakan, “Selama 100 tahun terakhir, Amerika Serikat dan Eropa telah mengorganisasi lusinan perang, kudeta militer, dan invasi. Jutaan warga sipil telah menjadi korban mereka. Sekarang mereka menjadi ancaman yang lebih mengerikan, menghancurkan semua nilai moral yang telah dibentuk oleh orang-orang dari semua negara selama keberadaan umat manusia,” kata dia.

Tak lupa ia mengatakan,”Uang dan senjata mereka tidak berarti apa-apa di hadapan solidaritas, kemauan, dan iman kita kepada Pencipta kita!”

Sebagaimana diketahui, Chechnya yang dihuni mayoritas Muslim sejak berabad-abad senantiasa diserang negara tetangganya, Rusia. Pada saat jaya-jayanya Soviet, negeri Muslim itu berada dalam kekuasaan rejim komunis Uni Soviet. Seruan untuk kemerdekaan Chechnya dimulai lebih dari 30 tahun lalu, setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.

Otonomi luas kemudian diberikan di bawah perjanjian damai yang ditandatangani Presiden Rusia Boris Yeltsin, setelah perang brutal yang menghancurkan republik Chechnya dari 1994-1996.

Namun, seiring naiknya Vladimir Putin ke pentas pemerintahan Rusia, Putin pun kemudian melecehkan perjanjian itu, satu dekade kemudian. Perang pun pecah setelah Putin secara sepihak membatalkan perjanjian dan meluncurkan kampanye militer yang mematikan pada 1999, menyusul pengangkatannya sebagai perdana menteri oleh Yeltsin.

Dalam pidato terkenal yang merupakan awal dari kenaikannya sebagai presiden, Putin berkata, “Kami akan mengejar teroris di mana-mana. Jika kami menangkap mereka di toilet, kami akan memusnahkan mereka di kakus.” Diperkirakan 160.000 Muslim Chechnya tewas dalam dua perang yang terjadi, meskipun angka pastinya masih belum jelas.

Pada 2007, Putin kemudian mengangkat Ramzan Kadyrov sebagai orang kuat Chechnya. Sejak itu Kadyrov dengan kejam menekan semua oposisi, dan tidak pernah lelah menyatakan kesetiaannya yang tak kenal batas kepada Putin.

Hal itu membuat warga Muslim Chechnya yang pro kemerdekaan melakukan eksodus menghindari kekejaman Kadyrov. Austria memiliki salah satu komunitas Chechnya terbesar di Eropa. Banyak dari 35.000 orang buangan tinggal di blok-blok pascaperang secara tidak mencolok di distrik kelas pekerja di timur laut Wina. Laki-laki cenderung bekerja sebagai satpam sedangkan para perempuan mengasuh anak. Jalan-jalan dalam komunitas dipenuhi toko kelontong dan butik pernikahan Chechnya yang hidup dalam ketakutan.

Dalam investigasinya beberapa bulan lalu, puluhan orang bercerita kepada AFP tentang ancaman terus-menerus menjadi sasaran antek Kadyrov yang terkenal kejam. Mereka, para “Kadyrovtsy”, yang berkali ditunjuk hidung memburu lawan-lawan politiknya di luar negeri. Yang lain takut dikirim kembali untuk disiksa dan dibunuh — ketakutan yang jauh dari tidak berdasar, menurut kelompok hak asasi manusia.

Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, ekstradisi orang-orang Chechen dari Eropa ke Rusia sedang dipercepat setelah serangan teror di Boston Marathon dan pembunuhan mengerikan terhadap seorang guru Prancis oleh seorang pemuda pengasingan. Nasib tragis untuk menerima siksaan keji menunggu mereka di Rusia. 

Pada Februari tahun ini, lengan Moskow itu mencapai Zorbek Nazuev, seorang kakek dengan janggut abu-abu panjang yang telah tinggal di Austria selama 18 tahun. Ia dibunuh, padahal sudah jauh dari kampung halamannya yang tengah dikuasi antek penjajah. [TASS/AFP/Ukraina Pravda]

Back to top button