Crispy

Dibanding Mempercayai Cina, ASEAN Tetap Pilih AS

Mayoritas responden tidak mempercayai Cina sebagai kekuatan global. Sekitar 63 persen mengatakan mereka kurang yakin atau tidak yakin bahwa Beijing akan melakukan hal yang benar untuk komunitas global

JERNIH—Sebuah survei menunjukkan bahwa negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN ) sangat mewaspadai pengaruh Cina yang tumbuh di kawasan ini. Mereka lebih memilih AS daripada Cina dalam persaingan Washington-Beijing yang sedang berlangsung.

Penemuan tersebut akan menjadi kemunduran bagi Beijing, yang selama ini berusaha merayu negara-negara Asia Tenggara melalui diplomasi vaksinnya. Menurut survei yang dilakukan Pusat Studi ASEAN di ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura, sekitar 76 persen responden percaya bahwa Cina adalah kekuatan ekonomi paling berpengaruh di kawasan ini.

Mayoritas responden tidak mempercayai Cina sebagai kekuatan global. Sekitar 63 persen mengatakan mereka kurang yakin atau tidak yakin bahwa Beijing akan melakukan hal yang benar untuk komunitas global, dan hanya 16,5 persen yang merasa yakin, sebagaimana dilaporkan EurAsian Times.

Lebih dari 80 persen responden di Laos, Thailand, Singapura, Myanmar, dan Kamboja memilih Cina daripada AS, Uni Eropa, dan Jepang. Di antara mereka, 72,3 persen mengatakan mereka khawatir tentang pengaruh ekonomi regional Cina yang berkembang.

Studi tersebut juga menunjukkan, 61,5 persen responden akan memilih Washington daripada Beijing jika mereka dipaksa untuk memihak dalam persaingan AS-Cina yang sedang berlangsung. Dukungan untuk AS meningkat 7,9 poin persentase dari survei tahun lalu.

“Dukungan kawasan untuk Washington mungkin telah meningkat sebagai akibat dari prospek pemerintahan Biden yang baru,” menurut laporan yang dikutip EurAsian Times tersebut.

Lebih dari 1.000 orang, termasuk akademisi, pejabat pemerintah, dan pelaku bisnis di 10 negara blok ASEAN, telah mengambil bagian dalam survei yang dilakukan, antara November 2020 hingga Januari 2021 itu.

Laporan tersebut mengatakan: “Defisit kepercayaan Asia Tenggara terhadap Cina cenderung meningkat. Cina adalah satu-satunya kekuatan besar yang telah meningkatkan peringkat negatifnya, dari 60,4 persen pada 2020 menjadi 63,0 prsen pada 2021. Pengaruh ekonomi dan politik Cina yang dominan di wilayah tersebut telah menciptakan lebih banyak ketakukan daripada kasih sayang.”

Laporan berdasarkan temuan survei itu mengungkapkan, “mayoritas khawatir bahwa kekuatan ekonomi seperti itu, dikombinasikan dengan kekuatan militer Cina, dapat digunakan untuk mengancam kepentingan dan kedaulatan negara mereka”.

Kurangnya kepercayaan terhadap Cina dari anggota ASEAN menunjukkan bahwa diplomasi vaksinnya tidak berhasil. Penting untuk dicatat bahwa para responden (meskipun memiliki pandangan negatif tentang Cina) mengakui bahwa Beijing telah memberikan bantuan paling besar ke wilayah tersebut selama pandemi COVID-19, sebagaimana ditulis EurAsian Times.

Diplomasi vaksin

Cina bertujuan untuk memvaksinasi hingga 70 persen dari 648 juta orang di kawasan itu untuk melawan COVID-19. Negara-negara ASEAN (dalam upaya untuk mengekang penyebaran virus corona) membuat kesepakatan dengan Cina melalui kombinasi dana pemerintah, sumbangan dari pengusaha lokal, sumbangan Cina dan Barat, dan kesepakatan investasi.

Walau vaksin Cina tidak mendapat persetujuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan telah dikeluarkan untuk penggunaan darurat, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, dan Thailand menandai kebutuhan terbesar akan vaksin tersebut.

Laporan menunjukkan, Indonesia telah menerima 3 juta vaksin siap pakai dan 25 juta vaksin curah dari Sinovac Biotech Cina. Malaysia telah menjadi salah satu penerima terbesar vaksin Cina. Malaysia sedang dalam pembicaraan untuk mengamankan 23,9 juta dosis dari Sinovac dan pabrikan Cina lainnya, CanSino Biologic, dan telah mendapatkan 14 juta dosis. Filipina telah mendapatkan 25 juta dosis.

Myanmar dijanjikan 300.000 dosis dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan Beijing akan menyumbangkan 500.000 dosis ke Filipina. Sejauh ini, Filipina telah mendapatkan 25 juta dosis.

Cina menikmati popularitas maksimum di Laos dan Kamboja karena pengaruhnya yang berskala luas. Meskipun wilayah tersebut tidak memiliki banyak kasus COVID-19, Beijing telah berjanji untuk “memastikan keamanan” Laos dari pandemi dan menawarkan Kamboja satu juta dosis awal.

Laporan tersebut menunjukkan, anggota ASEAN lainnya seperti Vietnam dan Singapura telah beralih ke vaksin Pfizer-BioNTech buatan Amerika-Jerman, AstraZeneca, dan COVAX. [EurAsian Times]

Back to top button