Efek Virus Corona, Farmasi hingga Pariwisata Terasa
JAKARTA – Dampak dari mewabahnya virus corona di Cina, rupanya mempengaruhi dan menghambat industri farmasi dan pariwisata dalam negeri. Hal itu dikarenakan Indonesia masih mengimpor bahan baku dari Tiongkok. Apalagi negara itu, memperpanjang libur massal hingga pertengahan Februari 2020.
“Kemungkinan farmasi industri terkena (dampak), karena sebagian komponen ada di sana dan sekarang mereka memperpanjang libur massal,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Kemudian pada bidang pariwisata, lanjut Airlangga, adanya pengurangan wisatawan asing datang ke Indonesia terutama dari Cina, yang diperkirakan mencapai dua juta orang per tahun.
“Paling terdampak adalah turis. Cina itu 2 juta ke Indonesia, dengan adanya virus corona di mana-mana travel warning dan turis dari Cina distop,” katanya.
Tak hanya bidang pariwisata dan farmasi saja yang berpengaruh, aktivitas pasar modal dalam negeri turut berdampak, dan dapat dilihat dari catatan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terus terkoreksi.
“Efek dari virus corona membuat sebagian besar di pasar saham dalam tren bearish (turun),” ujar dia.
Oleh karena itu, ia berharap wabah virus corona lebih cepat mereda dibandingkan dengan SARS pada 2003 lalu, dimana berlangsung selama delapan bulan. Sehingga tidak semakin menimbulkan efek negatif bagi perekonomian.
“Semoga melihat ke dalam perspektif SARS, itu tidak akan lama. SARS kan delapan bulan jadi semoga yang ini kurang,” kata Airlangga.
Dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) misalnya, untuk Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) saja, sepanjang tahun 2019 naik 27.206 orang atau dari 259.306 orang pada 2018 menjadi 286.512 kunjungan pada 2019.
Dimana kunjungan turis Cina menyumbang 10 persen dari total jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Kepri selama periode tersebut.
“Turis Cina masuk tiga besar/urutan ketiga jumlah kunjungan wisman terbanyak di Kepri tahun 2019,” ujar Kepala BPS, Zulkifli.
Kunjungan wisman terbanyak ialah berkebangsaan Singapura yakni 1.390.076 orang atau 48,25 persen dari total seluruh kunjungan wisman yang masuk ke Kepri. Disusul Malaysia yakni 302.837 orang atau 10,57 persen. Berikutnya India ada 5,25 persen, Filipina 2,35 persen, Korea Selatan 1,39 persen, Jepang 1,36 persen, Inggris 1,20 persen, Australia 1,06 persen, dan Amerika 0,91 persen.
Menurut Zulkifli, jika di akumulasikan dari Januari-Desember 2019, kunjungan wisman ke Kepri Provinsi tahun 2019 mencapai 2.864.795 orang atau naik 8,72 persen pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan data yang dimiliki, jumlah kunjungan wisman terbanyak tahun 2019 menurut pintu masuk, yakni Kota Batam sebanyak 1.947.943 orang (68,00 persen), Kabupaten Bintan 634.735 orang (22,16 persen), Kota Tanjung Pinang sebesar 169.364 orang (5,91 persen), dan Kabupaten Karimun sebanyak 112.753 orang (3,94 persen). [Fan]