Evaluasi PTM, Dengarkan Suara Guru Ini
“Karena ada google, jadi semua soal bisa tinggal klik cari jawabannya. Ini yang jadi salah satu persoalan utama, apakah siswa sudah menyerap pelajaran atau tidak, guru ga bisa tahu karena tidak tatap muka,” kata Dian Henriana.
JERNIH-Entah kapan berakhirnya masa pandemi seperti sekarang ini. Meski beberapa negara di Eropa seperti Perancis sudah mencabut berbagai larangan terkait Corona, di Indonesia belum menerapkan hal serupa lantaran macam-macam pertimbangan. Dan yang paling jadi korban, salah satunya adalah anak-anak sekolah.
Betapa tidak, kegiatan belajar mengajar seperti hilang ruhnya dan kualitas akademis ambrol, meski dalam catatan para guru nilainya meningkat semua.
“Karena ada google, jadi semua soal bisa tinggal klik cari jawabannya. Ini yang jadi salah satu persoalan utama, apakah siswa sudah menyerap pelajaran atau tidak, guru ga bisa tahu karena tidak tatap muka,” kata Dian Henriana.
Dian Henriana, seorang guru Seni Budaya di SMA Negeri 1 Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat, menuturkan, kalau selama pandemi ini, dia prihatin terhadap transfer ilmu yang dilakukan kepada murid-muridnya. Soalnya, meski ada sarana virtual, dia bilang hal itu sangat jauh dari kata berkualitas.
Ada beberapa catatan penting yang Dian sampaikan kepada Jernih. Pertama, tanpa tatap muka, interaksi antara pengajar dan yang diajar tak bisa mencapai kualitas maksimal. Sebab guru, tak bisa melihat respon utuh murid-muridnya terhadap materi pembelajaran.
“Kita kan sulit nyimaknya kalau lewat virtual. Murid-murid memperhatikan atau tidak, paham atau tidak, menangkap pelajaran atau tidak. Kalau tatap muka kan, kita paham mana murid yang memahami pelajaran mana yang tidak,” katanya.
“Kalau di catatan nilai mereka memang bagus dan meningkat tajam. Tapi kalau dari kualitas, sudah tentu sangat jauh ketimbang tatap muka,” ujarnya melanjutkan.
Pemerintah, bukannya tak mau memahami catatan-catatan penting dari tiap pengajar seperti Dian Henriana, terkait kualitas pembelajaran. Namun Corona, memang sudah memporak-porandakan segala sendi termasuk dunia pendidikan.
Merespon hal tersebut, Ketua DPR RI Puan Maharani meminta agar evaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan dengan mempertimbangkan sebanyak-banyaknya indikator. Dengan cara begitu, seluruh kebutuhan dan kepentingan siswa bisa diakomodir.
Betul, siswa merupakan elemen yang paling terdampak dengan adanya persoalan ini. Sebab sudah barang tentu, para orang tua cukup senang dengan dibukanya kesempatan bagi anak-anaknya untuk belajar normal di sekolah.
“Sebagai orang tua, saya cukup senang anak-anak kita sudah bisa belajar dan berinteraksi bersama teman sebayanya di sekolah,” kata Puan.
Sekolah via online, harus diakui sisi negatifnya sebab siswa sudah pasti terdampak aspek psikisnya. Belum lagi, hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik, juga kemunduran proses akademik sebab pandemi. Inilah yang dikhawatirkan banyak pihak, termasuk tenaga pengajar seperti Dian Henriana tadi.
“Karena saya banyak menerima aduan dari guru-guru, bahwa dampak PJJ memang terasa sekali terhadap pendidikan anak. Apakah memungkinkan apabila pelaksanaan PTM menyesuaikan level PPKM daerah masing-masing,” kata coba memberikan bahan pertimbangan.
Dalam megevaluasi PTM, pemerintah memang perlu melibatkan banyak pemangku kepentingan termasuk tenaga pengajar. Keterlibatan berbagai pihak, setidaknya dapat membantu Pemerintah dalam mencermati berbagai kebutuhan dan kepentingan siswa.[]