Liverpool Akhiri Mimpi Buruk 37 Tahun untuk Mencapai Final Liga Champions
- Kemampuan Liverpool mengatasi defisit gol lewat laga kandang adalah sejarah.
- Kesulitan The Reds membawa pulang kemenangan tandang adalah mimpi buruk.
JERNIH — Bagi tim jarang menang tandang di turnamen Eropa, kemampuan Liverpool mengalahkan Villarreal 3-2 di Stadion El Madrigal untuk menempatkan diri di final Liga Champions sangat luar biasa.
The Reds kali terakhir menang tandang di turnamen Eropa tahun 1985 ketika mengalahkan tuan rumah Panathinaikos1-0. Mark Lawrenson dikenang sebagai pemain pertama yang memastikan kemenangan itu lewat gol tunggalnya.
Tahun-tahun berikutnya, ketika berlaga di turnamen Eropa, Liverpool lebih banyak memastikan lolos ke putaran berikut atau mencapai final lewat kemenangan kandang.
Artinya, kemampuan Liverpool mengatasi defisit gol lewat laga kandang adalah sejarah. Namun, kesulitan The Reds membawa pulang kemenangan tandang adalah mimpi buruk.
Di semifinal Liga Champions musim ini, The Reds mengalahkan Yellow Submarine — julukan terkenal Villarreal — dua gol tanpa balas. Dalam laga di El Madrigal, Villarreal mendominasi babak pertama dan mencetak dua gol.
Agregat menjadi 2-2, dengan Villarreal berada di atas angin untuk mencetak satu gol lagi di babak kedua dan lolos ke final Liga Champions.
Yellow Submarine membuat pendukungnya berani bermimpi melihat tim kesayangannya berlaga di final. “Si Pueze.,” teriak fans Villarreal.
Namun teriakan itu, yang artinya Kita Bisa, hanya sementara. Liverpool mengubah suasana Stadion El Madrigal lewat tiga gol dalam 12 menit di pertengahan babak kedua.
Dimulai dengan gol Fabinho menit ke-62, dilanjutkan gol Luis Diaz lima menit kemudian, dan Sadio Mane menaklukan penjaga gawang dan pemain belakang Villarreal sebelum menceploskan bola ke gawang kosong menit ke-74.
Liverpool kali kedua dalam 37 tahun membawa pulang kemenangan tandang. Menariknya, itu terjadi di era Juergen Klopp — pelatih Jerman yang mengakhiri paceklik gelar The Reds selama dua dekade.
Mo Salah tak mencetak gol, tapi sepanjang laga menciptakan kebingungan di lini belakang lawan. Ia memberi satu assist menarik yang membuat Fabinho kali pertama sepanjang karier mencetak gol di Liga Champions.