AS dan Inggris sama-sama menyalahkan Iran atas serangan itu, tetapi tidak ada negara yang menawarkan bukti atau intelijen untuk mendukung klaim mereka. Iran, yang bersama dengan sekutu milisi regionalnya dituding meluncurkan serangan pesawat tak berawak, telah membantah terlibat.
JERNIH–Menteri Pertahanan Israel hari ini, Kamis (5/8) mengeluarkan ancaman terhadap Republik Islam Iran, untuk menyerang negara itu setelah serangan pesawat tak berawak yang fatal terhadap sebuah kapal tanker minyak. Israel menuding Iran berada di balik insiden tersebut.
Menhan Israel, Benny Gantz, berkomentar seiring lobi-lobi yang tengah dilakukan Israel kepada negara-negara untuk menekan PBB agar bertindak atas serangan terhadap kapal tanker minyak Mercer Street, yang menewaskan dua orang, pekan lalu. Kapal tanker itu, yang dihantam di lepas pantai Oman di Laut Arab, dikelola oleh sebuah perusahaan milik seorang miliarder Israel.
AS dan Inggris sama-sama menyalahkan Iran atas serangan itu, tetapi tidak ada negara yang menawarkan bukti atau intelijen untuk mendukung klaim mereka. Iran, yang bersama dengan sekutu milisi regionalnya dituding meluncurkan serangan pesawat tak berawak, telah membantah terlibat.
Berbicara kepada situs berita Israel, Ynet, Gantz menanggapi pertanyaan apakah Israel siap untuk menyerang Iran dengan jawaban “ya” yang blak-blakan.
“Kita berada pada titik di mana kita perlu mengambil tindakan militer terhadap Iran. Dunia perlu mengambil tindakan terhadap Iran sekarang,” kata Gantz.
Iran tidak segera menanggapi komentar Gantz. Namun, dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB, Rabu (4/8) kuasa usaha di New York menggambarkan Israel sebagai “sumber utama ketidakstabilan dan ketidakamanan di Timur Tengah dan sekitarnya selama lebih dari tujuh dekade.”
“Rezim ini memiliki catatan kelam yang panjang dalam menyerang navigasi komersial dan kapal sipil,” tulis Zahra Ershadi. “Dalam waktu kurang dari dua tahun, rezim ini telah menyerang lebih dari 10 kapal komersial yang membawa minyak dan barang-barang kemanusiaan yang ditujukan ke Suriah.”
Komentar Ershadi mengacu pada perang bayangan yang sedang berlangsung di perairan Timur Tengah sejak 2019 yang telah menyebabkan kapal-kapal Iran dan yang terkait dengan Barat berganti-ganti diserang.
Serangan dimulai setahun setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia, yang membuat Iran membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.
Presiden Joe Biden mengatakan dia bersedia untuk bergabung kembali dengan kesepakatan itu, tetapi pembicaraan untuk menyelamatkan kesepakatan itu terhenti di Wina. [al-arabiya/Ynet]