Yang Perang India dan Pakistan, Yang Menang (Sementara) Cina

- Netizen Cina di Weibo larut dalam kegembiraan setelah muncul kabar jet tempur J-10 menjatuhkan tiga Rafale buatan Prancis.
- India bungkam. Dassault Aviation, produsen Rafale, tak berkomentar. Kabar kekalahan Rafale jadi benar.
JERNIH — Perang India-Pakistan di atas Jammu-Kashmir ternyata menjadi ajang unjuk kehebatan persenjataan Prancis-AS melawan Cina.
AFP melaporkan sebagian besar senjata Tiongkok yang digunakan Pakistan tepat sasaran, yang memicu minat banyak kalangan militer negara lain dan menimbulkan beberapa negara. India dikabarkan mengerahkan jet tempur Rafale buatan Prancis, dan senjata buatan AS. Pakistan menerbangkan jet tempur J-10C buatan Tiongkok.
“Jet tempur kami menembak jatuh tiga Rafale buatan Prancis yang digunakan India,” kata Menteri Luar Negeri Pakistan Ishaq Dar di depan parlemen.
Kabar ini membuat delegasi Tiongkok yang dipimpin Duta Besar Tiongkok di Islamabad tersenyum. Mungkin itu bukan sekedar senyuman, tapi kegembiraan berlebih. Sebab, yang menjatuhan tiga Rafale buatan Prancis adalah Chengdu J-10 Vigorous Dragon — jet tempur multiguna Tiongkok yang belum teruji di zona pertempuran aktif.
Pejabat India menolak berkomentar soal hilangnya tiga Rafale. Otoritas Tionkok juga takmerespon pengungkapan Menlu Ishaq Dar. Juru bicara Kemlu Cina mengatakan; “Kami tidak familier dengan masalah yang Anda sebutkan.”
Transparansi masalah keamanan bukan norma di kawasan yang menyaksikan bentrokan dan pertempuran yang sering terjadi dalam tujuh dekade terakhir. Pakar regional dan analis militer mengandalkan sumber intelejen tingkat tinggi dan penyelidikan satelit untuk menyusun pelajaran dari bentrok Pakistan-India.
Namun, setelah gencatan senjata Sabtu lalu, perhatian terfokus pada jajaran senjata dan sistem pertahanan Cina yang dimiliki Pakistan. Sebab, banyak yang meragukan kemampuan senjata Cina saat berhadapan dengan mesin perang Barat. Duni kini menyaksikan senjata Cina tak kalah canggih.
Kemenangan Cina
Peluang India jelang pembalasan serangan teror 22 April berada di tangan ina. Serangan pertama India memperlihatkan perubahan doktrin tempur, dari tradisional ke pengekangan strategis. India menyerang target tidak hanya di Kashmir yang dikelola Pakistan dan wilayah perbatasan, tapi pusat politik negara itu, Propinsi Punjab.
Eskalasi India memicu peringatan internasional pada serangan kedua, ketika jet tempur New Delhi menghantam pangkalan udara Nur Khan di Rawalpindi — kota garnisun dekat Islamabad. Terletak tidak jauh dari markas besar Divisi Rencana Strategis Pakistan, yang melindungi senjata nuklir, pangkalan Nur Khan merupakan pusat utama militer Pakistan.
Berikutnya adalah respon Pakistan yang kuat terhadap eskalasi India.
Klaim Pakistan bahwa jet tempur J-10 menembak jatuh tiga jet tempur Rafale memicu kegembiraan di Weibo, platform media sosial Cina. Muncul spekulasi banyak negara akan antre membeli J-10.
Keputusan India untuk tidak mengonfirmasi atau menyangkal klaim Pakistan membuat kabar kehabatan J-10 menjadi kredibel. Di Prancis, Dassault Aviation — produsen jet tempur Rafale — tidak menanggapi permintaan komentar FRANCE24.
Analisis Washington Post, yang dilakukan tiga ahli persenjataan, menyimpulkan gambar terverifikasi dari lokasi penembakan menunjukan puing-puing itu konsisten dengan Rafale yang diterbangkan AU India.
Yun Sum, direktur Program Tiongkok di Stimson Center di Washington DC, mengatakan ada dua pelajaran yang bisa dipetik dari perang tiga hari India-Pakistan. Pertama, sistem persenjataan India tidak seefektif yang diperkirakan banyak orang. Kedua, maksud strategis India bisa jadi lebih ambisius daripada yang diperkirakan.
Carlotta Rinaudo, pakar Tiongkok di Tim Internasional untuk Studi Keamanan Verona, mencatat persepsi adalah kunci dalam penilaian awal. “Ini kemenangan besar bagi Tiongkok dalam hal persepsi,” katanya, mengacu pada kinerja J-10.
Bagi sebuah negara yang tidak pernah terlibat dalam perang apa pun sejak menyerbu Vietnam tahun 1979, dan tidak benar-benar terlibat dalam perang dan menggunakan persenjataan sendiri yang tidak memiliki pengakuan global, ini kemenangan persepsi yang sangat besar. Bagaimana mungkin senjata Cina mengalahkan senjata buatan AS dan Prancis.