POTPOURRI

Mata Pancing Tertua di Dunia dan Nenek Pemancing Ikan di 12.000 Tahun yang lalu

Temuan arkeologi  terkadang mengejutkan dan tak terpikirkan.  Banyak bukti jejak peradaban manusia di masa lampau yang masih sulit dipecahkan namun beberapa temuan sederhana malah membuka paradigma baru. Namun secara umum,  ide dan gagasan manusia dalam mengembangkan hidupnya  memiliki pola yang sama. Bahwa masa lampau sama halnya dengan masa kini. Dan masa kini adalah gambaran di masa depan. Yang membedakannya hanya produk pradabannya, tekhnologi salah satunya.

Memancing termasuk kegiatan paling awal yang dilakukan manusia untuk mempertahankan hidupnya.  Laut, sungai, dan danau  serta tempat-tempat dimana ikan hidup merupakan tempat utama mencari makanan. Maka kegiatan memancing merupakan salah satu kegiatan berburu paling purba. Memancing juga menjadi tanda ketika manusia di masa lampau menggunakan akal untuk menangkap ikan dengan alat. Bahkan sensasi kenikmatan pemancing masa kini diwarisi oleh para pemancing di masa lalu, yang juga akan menjadi kenikmatan di masa yang akan datang.

Ancient Origins menulis, bukti kegiatan memancing di masa purba telah ditemukan di Rockshelter Tron Bon Lei di Pulau Alor, sebelah barat laut Nusa Tenggara Timur Indonesia.  Temuan tersebut berupa lima mata pancing yang dikuburkan bersama kerangka manusia 12.000 tahun yang lalu. Artefak kail dan kerangka manusia Tron Bon Lei tersebut  ditemukan oleh tim arkeolog yang dipimpin oleh Profesor Sue O’Connor dari School of Culture, History and Language in the ANU College of Asia and the Pacific.

Diketahui bahwa  12.000 tahun lalu  merupakan jaman Pleistosen yang memiliki rentang antara 2,5 juta tahun sampai 11.500 tahun dan termasuk kala ketiga dari periode Neogen. Sedangkan istilah rockshelter yang disematkan untuk Tron Bon Lei karena adanya bukti pemukiman dari masa mesolitikum. Rockshelter merupakan tebing batu yang bagian atasnya menjorok keluar yang berfungsi sebagai peneduh. 

Selama ini temuan berupa benda dalam kubur dari masa Pleistosen sangat langka sekali. Dan  mata pancing yang ditemukan sebagai bekal kubur di Pulau Alor merupakan yang tertua di dunia saat ini. Hal itu menggeser temuan  mata pancing tertua sebelumnya yang berasal 9.000 tahun lalu yang ditemukan di pemakaman Ershi, Sungai Siberia.

“Ini adalah kait ikan tertua di dunia yang terkait dengan praktik penguburan mayat.  Dan mungkin di daerah ini, peralatan penangkapan ikan dipandang sebagai hal yang penting untuk bekal ke kehidupan setelah mati.” Ujar Sue O’Connor. Hal tersebut menunjukan bahwa memancing tidak sekedar mencari ikan. Namun berkaitan pula dengan sisi spiritual penghuni Pulau Alor memiliki hubungan batin dengan laut.

Kail ikan dalam kuburan di Pulau Alor berbentuk setengah lingkaran, terbuat dari cangkang keong. mirip dengan kait berputar yang digunakan di Jepang, Australia, Arab, California, Chili, Meksiko dan Oseania. Beberapa peneliti menduga kesamaan bentuk dan tekhnologi merupakan bukti adanya migrasi manusia, kontak budaya,  atau  kail tersebut terbawa ke berbagai tempat di dunia  oleh migrasi ikan tuna. Peneliti lainnya mengingatkan bahwa adanya keserupaan artefak  mata pancing di berbagai tempat tidak selalu berarti budaya memiliki kontak langsung, namun merupakan evolusi teknologi yang konvergen.

Mata pancing tersebut saat ditemukan terletak di sekitar rahang di bawah dagu. Berdasarkan bentuk tempurung kepalanya para peneliti berkeyakinan itu merupakan kerangka kepala seorang wanita  “Wanita yang sudah tua ini dimakamkan dengan tumpukan pancing menunjukkan bahwa ia adalah seorang nelayan yang terkenal atau prestise.” Papar Sue O’Connor. Hal tersebut memunculkan pertimbangan baru bahwa memancing ikan bukanlah dominasi kaum lelaki d Pulau Alor. Atau mungkin  para wanita di Pulau Alor bertugas menyediakan ikan untuk keluarga mereka.

Berdasarkan catatan etnografi di Australia, kait seperti itu dibuat dan digunakan secara eksklusif oleh wanita untuk menangkap ikan. Kait cadangan kadang-kadang dikenakan di leher dan dapat digunakan untuk menggantikan yang hilang atau rusak saat memancing. “ Penemuan ini menekankan betapa pentingnya penangkapan ikan bagi penghidupan penduduk Pulau Alor, yang memiliki lokasi sulit untuk mendapatkan sumber protein lain.” Ungkap Sue O’Connor.

Back to top button