Menjadikan Politik Bermakna
Dengan analisis politik yang membatasi perhatian pada lembaga politik formal dan pada katalogisasi peristiwa rutin politik praktis, nyaris tak ada kisah yang bisa membangkitkan harapan. Peran politik masyarakat sipil bisa menjadi reservoir nilai budaya politik positif, seraya melancarkan kontrol vertikal atas kebijakan dan perilaku politik negara. Bagaimanapun, watak dan perilaku politik merupakan pantulan dari nalar dan moral masyarakatnya.
Oleh : Yudi Latif
JERNIH–Saudaraku, apalagi yang pantas dikabarkan dari centang-perenang jagad politik dan skandal korupsi yang tak kenal ujung? Bukankah sekalipun lautan dijadikan tinta niscaya akan habis airnya sebelum tuntas dituliskan berbagai masalah sengkarut kenegaraan kita.
Dengan analisis politik yang membatasi perhatian pada lembaga politik formal dan pada katalogisasi peristiwa rutin politik praktis, nyaris tak ada kisah yang bisa membangkitkan harapan.
Beruntung, ilmu sosiologi politik baru meluaskan cakupan wacana politik dari sebatas relasi kuasa antara negara dan masyarakat menuju relasi sosial dalam medan kebudayaan. Politik dimaknai secara kultural dalam arti sejauh kehidupan sosial didasarkan pada pemaknaan (signification), maka penciptaan, pemanipulasian dan pertarungan makna dalam segala kehidupan sosial dengan sendirinya bersifat politis (Nash, 2000).
Analisis politik yang tak terbatas pada peristiwa “murni” politik dan lembaga politik formal itu seturut dengan tanggung jawab politik dalam kehidupan republik. Istilah republik, “res publica” (urusan publik) meliputi seluruh institusi, komunitas dan wacana yang membentuk tatanan kehidupan publik; berarti jauh lebih luas ketimbang ranah pemerintahan.
Dengan demikian, institusi civil society—komunitas agama, komunitas cendekia, masyarakat media dan LSM—memiliki peran publik yang dapat memengaruhi kebijakan publik dan kehidupan republik melalui pengaruhnya terhadap berbagai komunitas, wacana dan pada pemahaman budaya warga negara.
Dengan menyodorkan peran politik dari lembaga non-politik, usaha pencerahan atas kegelapan jagad politik tak bisa didelegasikan pada masyarakat politik-pemerintahan semata–yang sejauh ini terbukti tak dapat diandalkan. Peran politik masyarakat sipil diharapkan bisa menjadi reservoir nilai budaya politik positif, seraya melancarkan kontrol vertikal atas kebijakan dan perilaku politik negara. Bagaimanapun juga watak dan perilaku politik itu merupakan pantulan dari nalar dan moral masyarakatnya.
Demokrasi sehat itu peluang hidupnya ada dalam koridor sempit–sebagai arena powerplay yang relatif seimbang antara kekuatan negara dan masyarakat. [ ]