Veritas

Apa yang Memicu Naiknya Kembali Kasus COVID di India?

Rijo M. John, seorang ekonom kesehatan yang tinggal di Kerala mengatakan bahwa kasus di Kerala tinggi karena masih memiliki proporsi tinggi populasi yang tidak terinfeksi, dan varian delta masih terus menyebar.

JERNIH—Pada saat hampir seluruh dunia mengalami penurunan kasus COVID-19 karena dampak vaksinasi, negara bagian Maharashtra dan Kerala di India, justru mencatatkan jumlah kasus yang masih tinggi di tengah meningkatnya vaksinasi. Apa yang menjadi pemicunya?

Pada Rabu (15/9) lalu, Maharashtra melaporkan 3.783 kasus baru corona dan 56 kematian, menjadikan jumlah total kasus infeksi menjadi lebih 6.500.000 dan jumlah korban meninggal lebih dari 138.000. Kerala mengkonfirmasi total kasus infeksi lebih dari 4.400.000 dengan hampir 23.000 kasus kematian.

Para ahli telah memperingatkan potensi gelombang ketiga yang akan menyerang pada bulan Oktober, di tengah musim festival yang akan datang, dimulai festival Hindu Ganesh Chaturthi, yang berlangsung selama 11 hari dimulai hari Jumat.

Pemerintah negara bagian juga telah melakukan antisipasi, dengan memberlakukan langkah-langkah untuk meredam acara yang dihadiri massa dalam jumlah besar. “Gelombang ketiga tidak akan datang, dia sudah ada di sini,” kata Wali Kota Mumbai Kishori Pednekar dengan nada ironi kepada wartawan, Selasa pekan lalu.

Pemerintah pusat di New Delhi dalam pertemuan pekan lalu menegaskan, tidak ada ruang untuk merasa puas dalam hal kesiapan menghadapi gelombang pandemi berikutnya. Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan, upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas tempat tidur rumah sakit dan ketersediaan oksigen, sebagai bagian dari Paket Tanggap Darurat COVID II pemerintah.

Rijo M. John, seorang ekonom kesehatan yang tinggal di Kerala mengatakan bahwa kasus di Kerala tinggi karena masih memiliki proporsi tinggi populasi yang tidak terinfeksi, dan varian delta masih terus menyebar.

Tetapi setelah lonjakan tinggi, John mengatakan jumlah kasus di Maharashtra dan Kerala mulai stabil. “Kasus (terutama dalam rata-rata tujuh hari) tidak meningkat … Di kedua negara bagian, kasus stabil atau menurun,” katanya kepada Deutsche Welle.

Harapan pada vaksinasi

Program vaksinasi India juga meningkat meskipun dengan awal yang lambat. Negara ini sekarang memiliki jumlah tertinggi di dunia dalam jumlah individu yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID. Namun, dengan populasi total yang sangat besar, jumlah yang divaksinasi tetap di bawah 14 persen.

“Jika gelombang ketiga terjadi, kami lebih siap, terutama untuk kelompok lanjut usia mengingat jumlah vaksinasi yang tinggi,” ujar Niranjan Patil, seorang dokter di Mumbai kepada DW. Dia menambahkan bahwa rumah sakit swasta yang dikelolanya sekarang memiliki “rejimen pengobatan dan strategi perawatan yang lebih baik” di samping infrastruktur yang ditingkatkan.

“Namun, kami harus lebih siap untuk orang yang tidak divaksinasi, dan untuk perawatan pasien anak,” katanya.

Baik Maharashtra dan Kerala memiliki jumlah inokulasi yang tinggi. Maharashtra berada di posisi teratas di antara negara bagian di India dalam jumlah orang dewasa yang telah menerima dua dosis vaksin.

Namun munculnya berbagai varian baru corona masih menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli kesehatan. Pihak berwenang India sedang mengumpulkan lebih banyak data, untuk memutuskan apakah akan memberikan suntikan booster alias vaksin dosis ketiga, seperti yang telah dilakukan beberapa negara.

Tidak terpikir ‘lockdown’

Otoritas negara bagian Maharashtra dan Kerala sejauh ini tidak memandang perlu diberlakukannya “lockdown” baru. Beberapa pembatasan dan jam malam masih berlaku, tetapi “lockdown” baru,  bisa berisiko tinggi bagi ekonomi negara.

“Menurut saya tidak ada kebutuhan untuk ‘lockdown’ lagi,” kata John kepada DW. “Sistem pelayanan kesehatan Kerala mampu mengelola penyebaran saat ini, dengan kasus rawat inap yang relatif lebih sedikit, sebagian besar karena peningkatan vaksinasi di Kerala. Di Maharashtra juga, tidak ada tanda-tanda peningkatan kasus dan “lockdown” tidak diperlukan lagi,” katanya.

Secara rata-rata, kasus COVID relatif tetap rendah di seluruh India. Studi menunjukkan hal menarik adanya pembagian utara-selatan, antara Maharashtra dan negara bagian selatan lainnya yang memiliki beban kasus tinggi, dan negara bagian utara yang mengalami penurunan kasus.

Beberapa ahli kesehatan mengkaitkan hal ini dengan tingkat pengujian dan pelacakan yang lebih tinggi di negara bagian bersangkutan. Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan mengatakan, India tampaknya telah mencapai tahap endemik, di mana penduduk belajar untuk hidup dengan virus.

“Karena ukuran dan heterogenitas populasi dan status imunitas di berbagai bagian wilyahan di India juga berbeda-beda, sangat mungkin bahwa situasinya dapat berlanjut seperti ini, dengan pasang surut kasus di berbagai wilayah di India,” kata Swaminathan.

“Khususnya di kawasan dengan populasi yang lebih rentan, kelompok-kelompok yang mungkin kurang terpengaruh oleh gelombang pertama dan kedua, atau daerah dengan tingkat cakupan vaksinasi yang rendah, dapat mengalami puncak kasus infeksi corona untuk beberapa bulan ke depan,”ujarnya. [Deutsche Welle]

Back to top button