Renungan Setelah Berkenalan dengan Covid-19
Saya sadar, bahwa meskipun saya sudah dinyatakan negatif berdasarkan hasil swab, dan saya bisa kembali pulang ke rumah, tetapi yang harus disadari adalah kondisi paru-paru saya sebagian sudah rusak. Ini akibat serangan virus Covid-19.
Oleh : Riyan Sumindar
JERNIH– Saya adalah pasien saspek Covid-19, yang saat ini masih dirawat di RS Hasan Sadikin Bandung. Hari ini adalah hari ke-27.
Pertama, yang patut saya syukuri adalah bahwa saya telah melewati masa kritis. Kedua, bahwa saya menyadari selama ini saya mengabaikan untuk sekedar berkomunikasi dengan seluruh organ tubuh dalam diri saya.
Ketiga, bahwa saya sadar virus Covid-19 ini betul-betul membahayakan kita semua. Saya tidak sedang mengkampanyekan ketakutan kepada semua orang, tapi wahai saudaraku semua, sadarlah saat ini kita berada dalam suatu kondisi kejadian luar biasa wabah pandemik virus Covid-19.
Yang penting, bagi kita semua adalah menjaga diri, patuhi protokol kesehatan yang disampaikan pemerintah.
Selain itu, kita perlu mengintrospeksi diri, berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan virus Covid-19. Bagaimanapun juga virus Covid-19 ini makhluk Allah juga, yang tentu punya misi penting dalam kehidupan seluruh penduduk bumi.
Yang saya ingin bahas adalah, bahwa selama ini kita mengabaikan untuk sekadar berkomunikasi dengan seluruh organ tubuh di dalam diri kita.
Saya sadar, bahwa meskipun saya sudah dinyatakan negatif berdasarkan hasil swab, dan saya bisa kembali pulang ke rumah, tetapi yang harus disadari adalah kondisi paru-paru saya sebagian sudah rusak. Ini akibat serangan virus Covid-19.
Sadari itu sebagai bagian dari upaya kita bahwa ke depan harus bagaimana. Kita semua para saspek virus Covid-19, jangan merasa senang sudah bisa pulang dan kemudian bebas melaksanakan kegiatan sehari-hari. Butuh waktu minimal antara 12 minggu atau 3 bulan untuk sampai ke titik pulih dan dapat beraktivitas seperti biasa.
Perlu melakukan banyak penyesuaian, karena sebagian kondisi fisik paru-paru saya sudah mengalami serangan virus Covid-19, dan itu membuat saya perlu lebih berhati-hati lagi dalam banyak kegiatan di luar. Kemungkinan batuk dan sesak nafas akan terjadi di masa pemulihan total, bahkan dalam jangka panjang.
Termasuk juga dengan pertemuan-pertemuan yang tidak terlalu penting, lebih baik dihindari, dan dapat diganti dengan pertemuan bersifat daring (online).
Sisa umur kita manfaatkanlah untuk berdamai dengan kondisi tubuh kita saat ini, yang sudah terluka akibat serangan virus Covid-19. Tentu, muqarabatullah menjadi salah satu upaya kita di saat ini, sebagai tanda rasa syukur kita atas pencapaian kita sampai detik ini.
Pernah ada pertanyaan dalam diri, apa yang sudah kamu kerjakan dan selesaikan selama ini untuk memperbaiki kondisi bangsa Indonesia? Jawabannya tidak ada sama sekali. Kita tidak pernah melakukan apa-apa, bahkan ketika kita memiliki jabatan dan kewenangan untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat.
Tidak satu pun masalah atas bangsa Indonesia ini bisa kita selesaikan. Kita hanya sekadar menumpang hidup di dunia tanpa melakukan sesuatu.
Untuk itu, bagi saudaraku semua yang saat ini merasa sehat, dan saya doakan selalu sehat, mulailah berkomunikasi dengan diri sendiri. Bicara langsung dengan seluruh organ tubuh kita sendiri. Bicara langsung dengan jiwa kita, dan ucapkan terima kasih atas seluruh kerja organ tubuh dalam kehidupan sehari-hari kita.
Bagi kaum muslimin, shalat dhuha adalah salah satu bentuk mensyukuri nikmat yang Allah telah berikan kepada kita melalui fungsi-fungsi organ tubuh yang lengkap dan sempurna, serta bekerja sebagai bagian dari mikrokosmos yang ada dalam diri kita.
Jaga pola makan dan ubah gaya hidup kita, yang selama ini mengabaikan kesehatan. Kita perlu mengedukasi diri kita untuk masuk ke pendekatan kehidupan holistik multidimensi, dimana dalam konteks ini kita akan memahami bahwa istilah sakit yang ada dalam diri kita merupakan respon tubuh. Tubuh memiliki mekanisme sendiri untuk menyembuhkan melalui kekuatan imunitas tubuh kita. [ ]