Crispy

AS Kirim Drone Sebesar Ibu Jari Bernama Black Hornet Nanos ke Ukraina, Apa Sich Kehebatannya?

  • Indonesia dan Malaysia juga memiliki drone mungil Black Hornet Nanos.
  • Cina bikin lebih kecil lagi, dan mampu beroperasi sebagai tim tidak ubahnya segerombolan lebah.

JERNIH — Kali ini bukan hanya senjata yang dikirim AS ke Ukraina, tapi Black Hornet Nanos – drone pengintai super kecil, super canggih, dan super mahal.

Pejabat AS butuh hampir sepekan untuk menggembar-gemborkan paket senjata 400 juta dolar, atau Rp 6 triliun, untuk membantu Kyiv menghadapi Rusia. Paket itu berupa rudal pertahanan udara NASAMS, Stinger, Patriot, kendaraan lapis baja Stryker, rudal anti-tank TOW dan Javelin, amunisi howitzer, roket HIMARS, dan 28 juta butir amunisi senjata kecil.

Senin lalu, seorang pejabat AS tak mau disebut nama menyebut satu lagi senjata yang termasuk dalam paket itu, yaitu Black Hornet Nanos — drone seukuran ibu jari orang dewasa. SputnikNews mempelajari kehebatan drone itu.

Apa Kegunaan Black Hornet Nanos?

Black Hornet Nanos dikembangkan startup helikopter drone Norwegia Prox Dynamics awal 2010-an, dan sekarang diproduksi FLIR Unmanned Aeirial Systems — perusahaan Norwegia lainnya yang membeli Porx Dynamics tahun 2016 dengan harga 134 juta dolar atau Rp 2 trliun.

FLIR berspesialisasi dalam pengawasan dan otomatis, perlatan untuk kendaraan lapis baja, sistem deteksi lalu-lintas, dan kamera pemadam kebakaran.

Seberapa Cepat Black Hornet Nanos Terbang?

Waktu terbang Black Hornet Nanos 25 menit, dilengkapi tautan data digital yang efektif sampai jarak 1,6 kilomeetr, dan memiliki kecepatan terbang 21 kilometer per jam.

Mengapa Black Hornet Nanos Begitu Mahal?

Black Hornet Nanos diperkirakan berharga 195 ribu dolar AS, atau Rp 2,9 miliar. Informasi harga ini diketahui berdasarkan kontrak 2013 ketika Kementerian Pertahanan Inggris membeli 160 set Black Hornet Nanos — jumlah keseluruhan 320 mikrokopter — setara 31 juta dolar AS, atau Rp 466 miliar.

Untuk harga Rp 2,9 miliar per unit, Anda mendapatkan remote control, layar sentuh genggam, paket baterei yang dapat diisi ulang, dan dua Black Hornet Nanos dalam satu set yang disimpan dalam wadah portabel khusus tahan benturan.

Di Mana Black Hornet Nanos Dikerahkan?

Sejak kemunculan pertama tahun 2011, Black Hornet Nanos telah diproduksi sebanyak 14 ribu. Militer Norwegia dan NATO memborong sebagian besar perangkat ini. Negara lain yang juga ikut membeli adalah Aljazair, Australia, India, Malaysia, Indonesia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Lebah Hitam ini digunakan untuk keperluan militer dan polisi.

Pengerahan Black Hornet Nanos pertama untuk kebutuhan tempur terjadi tahun 2013 ketika NATO dan Inggris menduduki Afghanistan. AS menggunakan versi modifikasi yang dilengkapi penglihatan malam dan navigasi lebih baik pada 2015.

Unit Operasi Khusus Korps Marinir dan AD AS menindaklanjuti penggunaan drone ini dengan kontrak 140 juta dolar AS, atau Rp 2,1 triliun, untuk program Soldier Borne Sensor (SBS).

AS Bukan yang Pertama

Tidak ada yang istimewa dari pengiriman Black Hornet Nanos ke Ukraina. Sebelum AS, pada Agustus 2022 Inggris dan Norwegia membeli 850 Black Hornet Nanos dan mengirimkannya ke Ukraina pada November tahun yang sama.

Awal Juli 2023 Kementerian Pertahanan Ukraina mengumumkan bahwa FLIR akan memasok 1.000 Black Hornet Nanos lagi ke Ukraina, plus suku cadang, melatih operator dan instruktur Ukraina, untuk menerbangkan drone super kecil ini. Proses ini hanya memakan waktu 20 menit.

Apakah Black Hornet Nanos Drome Militer Terkecil di Dunia?

Banyak orang menyebut Black Hornet Nanos sebagai drone terkecil di dunia. Tahun 2015 media pertahanan Inggris sempat melaporkan bahwa militer sedang mempertimbangkan eksperimen menggunakan drone lebih kecil, dengan berat lima gram, tapi rencana ini belum terwujud.

Tahun lalu, sebuah perusahaan Cina bernama Huaqing Innovation meluncurkan drone Fengniao (artinya Hummingbird) pada pameran militer di Abu Dhabi. Drone itu berukuran 170 mm dan berat 35 gram, mampu mentransmisikan snapshot atau rekaman real-time pada jarak lebih dua kilometer.

Waktu terbang Fengniao adalah 25 menit, bertenaga baterei yang dapat diganti tapi tidak sama dengan yang dimiliki Black Hornet Nanos. Namun, Fengniao dapat digunakan dalam kombinasi sampai 15 drone jenis yang sama untuk membentuk kawanan.

Berbeda dengan Black Hornet Nanos, Fengniao dapat dikendalikan dengan smartphone. Tidak ada informasi berapa harga Fengniao, karena Huaqing Innovation tampaknya belum siap menjual.

Masih Banyak Drone Murah

Bagi pembeli sadar anggaran tapi butuh drone seperti Black Hornet Nanos, tersedia banyak pilihan lebih murah yang saat ini berseliweran di medan tempur Ukraina. Salah satunya adalah Eachine E110 RC, yang membawa kamera HD 720 malam dengan lensa dapat diputar 90 derajat.

Harga drone ini 95 dolar AS, atau Rp 1,4 juta rupiah, atau seperibu harga Black Hornet Nanos. Soal kemampuan, Eachine E110 RC relatif jauh dibanding Black Hornet Nanos, karena hanya bisa terbang 15 menit, jarak transmisi 50 sampai 120 meter.

Eachine E110 RC dilengkapi mode melayang dan menatap otomatis, kontrol titik arah dapat dipilih pengguna, dan fitur pengembalian otomatis. Drone juga lebih besar dari Black Hornet Nanos, dengan penjang dari hidung sampai ekor 30 cm, serta rentang rotor serupa.

Seperti kata pepatah orang Rusia, dalam beberapa keadaan kuantitas memiliki kualitas tersendiri. Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet pada Perang Dunia II, membuktikan pepatah ini ketika menutup langit Berlin dengan ribuan pesawat tak berkualitas tapi bikin Nazi terkencing-kencing.

Senjata Apa untuk Menangkal Black Hornet Nanos?

Ukurannya yang kecil, dan dioperasikan dalam kesenyapan, membuat Black Hornet Nanos sulit dihancurkan dengan rudal pertahanan konvensional. Yang bisa melumpuhkan drone ini adalah senjata tradisional, yaitu dengan melempar kantong plastik ke arah drone. Hanya saja, cara itu hanya efektif untuk jarak dekat.

Alternatifnya, gunakan pencegahan yang dirancang khusus, seperti RLK-MTs Valdai, atau radar tujuan khusus buata Almaz-Antey untuk mendeteksi, menekan, dan menetralisir drone kecil dengan penampang radar sangat rendah pada jarak dua kilometer atau kurang.

Sistem deteksi RLK-MTs mencakup modul radar X-band, pencitra dan kamera termal, serta modul pencari sumber radio. Sayangnya, sistem ini berat. Sedemikian beratnya membuat perangkat sistem ini harus dipasang di truk.

Back to top button