Prajurit AS di Perbatasan Korea Melarikan Diri ke Korut
- DMZ Korsel-Korut membentang 160 mil dan lebar 2,5 mil dengan medan ranjau dan kawat berduri di sekujurnya.
- Namun di JSA, tepatnya di Desa Panmunjom, garis batas tanpa penghalang fisik.
JERNIH — Pajurit Travis King, tentara AS yang ditugaskan di perbatasan Korea Selatan (Korsel)-Korea Utara (Korut) sebagai pengintai kaveleri, melintas garis demarkasi dan kini berada di negeri Kim Jong-un.
King adalah prajurit kelas dua. Sebelum melintas garis demarkasi, ia ditetapkan secara administratif terpisah dari prajurit lain dan berada dalam pengawasan karena tindakan indisipliner dan penyerangan.
Namun, King disertakan dalam tur Area Keamanan Bersama (JSA) sebagai warga sipil. JSA berada di Panmunjom, desa yang menjadi lokasi perundingan gencatan senjata yang menghentikan Perang Korea 1950-1953.
King lepas dari pengawasan, melintas garis demarkasi, dan nyeberang ke Korut. “Kami yakin King saat ini berada dalam tahanan Korut,” kata Kolonel Isaac Taylor, juru bicara US Force di Panmunjom. “Kami sedang bekerja dengan rekan-rekan dari Korsel untuk menyelesaikan insiden ini.”
Seorang pejabat AS mengatakan kepada CNN bahwa tidak ada indikasi King berusaha membelot.
Ditahan 50 Hari
King adalah prajurit bermasalah. Ia menghabiskan 50 hari di fasilitas penahanan di Korsel setelah melakukan tindakan indisipliner atas penyerangan.
Pejabat AS di Korsel mengatakan King ditahan di fasilitas penahanan yang ditunjuk di bawah Perjanian Status Pasukan dengan Korsel. Perjanjian itu menjelaskan bagaimana anggota pasukan AS, keluarga mereka, dan personel Departemen Pertahanan AS lainnya diperlakukan dan diproses di negara asing, termasuk sistem peradilannya.
Setelah penanan, King secara administratif dipisahkan dari Angkatan Darat AS. Seorang pejabat mengatakan King dikawal ke bandara untuk kembali ke AS, tapi pengawal tidak dapat melewati bea cukai bersamanya. Akibatnya, King tak jadi pulang kampung.
Perbatasan Paling Dijaga
Zona demiliterisasi (DMZ) adalah penyangga selebar 2,5 mil dan panjang 160 mil yang memisahkan Semenanjung Korea. Perbatasan ini adalah salah satu yang paling dijaga ketat di dunia, dikelilingi kawat berduri, medan ranjau bermil-mil, dan patroli tentara kedua negara yang tak pernah putus selama beberapa dekade.
Nyaris tidak ada peluang bagi siapa pun untuk melintasi DMZ dengan selamat dan tiba di Korea Utara, dan sebaliknya.
Namun, Area Keamanan Bersama (JSA) relatif berbeda. Meski ada serangkaian pos pemeriksaan untuk sampai ke JSA, melintasi DMZ — yang merupakan garis batas sebenarnya yang memisahkan dua Korea — tanpa penghalang fisik apa pun.
Hanya ada garis kecil di tanah yang menandai perbatasan. Untuk melintasinya hanya perlu satu langkah, dan itu pernah dilakukan Presiden AS Donald Trump ketika bertemu pemimpin Korut Kim Jong-un di JSA tahun 2019.
Selama tur JSA, prajurit — dan siapa pun yang terlibat — tidak boleh berada kurang dari 18 meter dari garis batas yang dilangkahi Donald Trump. Ada penjaga di sisi perbatasan Korsel. Di seberang perbatasan, prajurit Korut tak bersenjata mondar-mandir, itu pun tidak setiap jam.
Jadi, hanya perlu berlari sekian langkah untuk sampai ke garis batas dan melintasinya. Saat King telah melewati garis batas, semua yang mengejar dipastikan berhenti jika tidak ingin prajurit Korut melepas tembakan dengan alasan masuk akal.