POTPOURRI

The Minaret of Jam, Monumen Peringatan Masuknya Kekuasaan Islam di India

Jernih — Sebuah menara peninggalan Islam dari abad 12 Masehi berdiri tegak dan anggun di lembah sungai yang dalam. Menara tersebut berada di tepi tempuran sungai Sungai Hari dan Sungai Jam di distrik Sharhrak Afghanistan. Menara yang terasingkan  itu disebut The Minaret of Jam. Tingginya mencapai 65 meter dan merupakan satu-satunya menara yang menjadi saksi sejarah dari kekaisaran Ghurid, kerajaan pribumi terakhir di Afganistan.

Kekaisaran Ghurid adalah penguasa  kota Pegunungan Turquoise. Namun kota kuno itu kini menjadi kota yang hilang karena kerusakan yang terjadi terus menerus. Sejarah mencatat, Kota  Turquoise di Gunung Turquoise (Firozkoh) merupakan kota yang legendaris yang maju di abad pertengahan. Kita ini menjadi simbol dari toleransi antara penganut Islam, Yahudi dan Kristen.

Warga kota yang menganut  tiga agama besar itu hidup berdampingan harmonis, dipersatukan dengan banyaknya kesamaan ketimbang dipisahkan oleh perbedaan keyakinan. Oleh karena itu, kota Turquoise menjadi salah satu  kota multikultur terbesar pada zamannya. Inskripsi pada prasasti yang ditemukan tahun 1950-an menunjukan bahwa Turquoise adalah rumah bagi komunitas perdagangan kaum Yahudi. 

Namun gelombang besar penaklukan Mongol telah menghancurkan Turquoise. Tahun 1220 M, putra Gengis Khan yang bernama Ögedei Khan menghancurkan Turquoise dan berandil besar melenyapkan sejarahnya. Akan tetapi The Minaret of Jam seperti tak rela bila kebesaran kota Turquoise lenyap begitu saja. Monumen ini tetap bertahan dalam tumpuannya.

Dasar menara berbentuk segi delapan dan kontruksinya terdiri dari poros silinder yang bertumpu satu dengan lainnya. Semakin keatas semakin kecil. Bahan bangunan terbuat dari bata dan mortar kapur. Menara ini memiliki dua balkon kayu dan dipuncaknya merupakan tempat lantera. Untuk menuju ke atas menara terdapat dua tangga spiral yang saling berkelok-kelok membentuk liukan ganda.

Sebagai ciri dari bangunan Islam, eksterior menara ini penuh dengan hiasan yang rumit dan detail.  Dekorasi bata dipadukan dengan semen dan keramik  biru mengkilap. Dan yang sangat mengesankan, lingkaran menara ini juga dipenuhi  kaligrafi ayat-ayat Al-Quran dalam hurup kufi dan Naskhi yang indah dan berpadu dengan hiasan pola geometris yang  serasi. 

Dari inskripsi yang ditemukan didapat tahun 1193 atau 1174 M sebagai dugaan tahun pendirian menara. Diduga, menara tersebut  didirikan sebagai peringatan kemenangan sultan Ghurid Ghiyas ud-Din atas Ghaznevid pada tahun 1186 di Lahor. Namun  arkeolog  Dr. Ralph Pinder dan Wilson, Direktur Institut Studi Afghanistan dari Inggris yang melakukan penelitian tahun 1970-an menyimpulkan bahwa menara itu dibangun untuk memperingati kemenangan Sultan Mu’izz ad-Din atas Raja Prithviraj Chauhan.

Sultan Mu’izz ad-Din atau Muhammad dari Ghor adalah Sultan Kekaisaran Ghurid yang memerintah bersama saudaranya Ghiyath ad-Din Muhammad dari 1173 sampai 1202.  Mu’izz ad-Din  menjadi penguasa tunggal dari 1202 sampai 1206. Dia disebutkan sebagai pelopor pertama yang meletakkan dasar pemerintahan muslim di anak benua India .

Spencer C. Tucker, dalam  1191 : South Asia”. A Global Chronology of Conflict: From the Ancient World to the Modern Middle East . Vol. I. ABC-CLIO menuliskan bahwa Sultan Mu’izz ad-Din pada tahun 1192 Masehi berhasil mengalahkan Raja Prithviraj Chauhan atau Rai Pithora (1178–1192 M), penguasa kerajaan Chahamana Tradisional.

Raja Prithviraj Chauhan dikalahkan pada pertempuran Tarain kedua sebagai pembalasan karena pada pertempuran Terain pertama  Sultan Mu’izz ad-Din dikalahkan Raja Prithviraj Chauhan. Kekalahan Raja Prithviraj Chauhan di perang Tarain kedua,  dianggap sebagai peristiwa penting dalam penaklukan India oleh Islam.  Salah seorang budaknya dari Turki bernama Qutbu l-Din Aibak kelak menjadi penguasa dan mendirikan Kesultanan Delhi pada 1206 M.

Bila benar Menara Jam sebagai monumen kemenangan Sultan Mu’izz ad-Din atas Raja Prithviraj Chauhan, maka dapat menara tersebut dapat dikatakan sebagai monumen yang menandai masuknya kekuasaan Islam ke anak benua India. Disekitar Menara Jam ditemukan jejak adanya bangunan dengan halaman luas. Diperkirakan bangunan tersebut adalah mesjid yang tersapu oleh  banjir bandang sebelum pengepungan Mongol. 

Menara tunggal yang didirikan sebagai simbol kekuasan dan politik merupakan hal umum di Asia Tengah. Dan Minaret of Jam termasuk menara berukuran besar.  Namun karena berada di lembah dan sulit dijangkau, menara ini luput dari pengamatan dunia. Maka tidak heran jika Minaret of Jam terlupakan berabad-abad lamanya. Padahal tahun 1886, Sir Thomas Holdich telah menemukannya, namun kembali terlupakan sampai kemudian ditemukan kembali tahun 1957.  

Dan Cruickshank menuliskan pengalamannya meninjau Menara Jam dalam Dan Cruickshank’s Adventures in Architecture :  

…, yang lebih penting bagian bawahnya memuat seluruh surah ke-19 dalam Alquran. Bab ini, menceritakan tentang Perawan Maria dan Yesus, keduanya dihormati dalam Islam, dan tentang nabi-nabi seperti Ibrahim dan Ishak. Ini adalah teks yang menekankan kesamaan Yudaisme, Kristen dan Islam, daripada perbedaan mereka. Tampaknya Ghorids menempatkan teks di sini untuk menyerukan harmoni dan toleransi di negeri ini, pesan yang lebih relevan sekarang dari sebelumnya.

Cruickshank menuturkan betapa sulitya perjalanan menuju Menara Jam. Sehingga situs ini tidak sembarang bisa dikunjungi. Perjalanan ke Jam dianggap terlalu berbahaya bagi kebanyakan orang karena ancaman keamanan dari dari bandit lokal hingga penculikan atau eksekusi oleh pemberontak yang tersebar di provinsi Ghor, tempat menara itu berdiri.  Kondisi itu menempatkan Menara Jam sebagai situs sejarah yang paling berbahaya di dunia  untuk dikunjungi saat ini.

Padahal, tahun 2002 Unesco telah menetapkan Menara Jam sebagai situs Warisan Dunia pertama di Afghanistan. Tetapi Unesco kemudian menetapkannya  sebagai situs dalam bahaya. Kekayaan tinggalan arkeologi di kawasan Menara Jam juga telah dijarah selama 20 tahun terakhir. Selain itu menaranya perlahan-lahan runtuh dan miring, fondasinya dirusak oleh air sungai di dekatnya.

Upaya perbaikan dimulai pada tahun 1970-an, tetapi secara efektif dihentikan oleh konflik yang kemudian melanda negara itu. Baru pada tahun 2001 pekerjaan untuk menstabilkan menara dan menopang fondasinya akhirnya dilanjutkan. Tetapi perbaikan ini sekarang telah dihentikan lagi, dan kunjungan dari dunia luar telah berhenti semuanya karena perjalanan dan area ke Menara Jam terlalu berbahaya.

Padahal tinggalan sejarah tidak saja tentang Menara Jam, namun menyangkut kota Turquoise yang hilang. Jejak kota itu ternyata ditemukan di sekitar Menara Jam. Temuan adanya jalur marmer, perangkat catur gading, emas, dan tembikar mulai menunjukan bukti kawasan profan dari jejak kota Turquoise yang maju.

Namun pada tahun 2001, kekuatan Taliban yang menduduki kota-kota kuno dihancurkan oleh  invasi Sekutu ke Afghanistan. Akibatnya kawasan itu menjadi kosong, dan menjadi sasaran ratusan penggali yang datang berbondong-bondong ke Menara untuk mencari emas yang hilang.  Banyak harta karun jarahan liar dari sekitar Menara Jam dijual di pasar-pasar di Herat, Kabul, dan Teheran.

Cruickshank juga menuliskan kekhawatirannya bahwa tidak adanya restorasi besar-besaran sejak menara itu dibangun, dan sedikit dana untuk melakukan perbaikan sehingga tidak dapat dipastikan apakah menara itu dapat dipertahankan atau akan hancur. Selama lebih dari 800 tahun menara  itu telah bertahan melawan rintangan, tetapi semua yang peduli sekarang harus khawatir untuk masa depannya.

Back to top button