Veritas

Klaim Mewakili ‘Pemerintah Afghanistan’, Amrullah Saleh Yakin Provinsi Panjshir Kuat Melawan Pemerintahan Taliban

Namun, tidak jelas seberapa signifikan perlawanan Saleh, salah satu pembantu terdekat Ahmadsyah Massoud pada zamannya, atau apakah penangguhan itu merupakan awal dari kompromi dengan Taliban, yang sejauh ini belum memasuki daerah itu.

JERNIH—Setelah kaburnya Presiden Ashraf Ghani, Wakil Presiden Pertama Afghanistan, Amrullah Saleh, mengklaim dirinya sebagai “presiden sementara yang sah” dari Afghanistan.

Sebelumnya Duta Besar Afghanistan untuk Tajikistan, Zahir Aghbar, pada Rabu lalu  menolak pemerintahan Taliban di negaranya dan mengatakan Provinsi Panjshir, di utara Kabul, akan menjadi benteng perlawanan yang dipimpin penjabat presiden Amrullah Saleh.

Amrullah Saleh pada Selasa lalu menyatakan diri sebagai “presiden sementara yang sah” dari Afghanistan, setelah Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu sambil menggondol harta negara yang bisa ia boyong, ketika gerilyawan Taliban merebut ibu kota Kabul.

Namun demikian, hingga kini keberadaan Saleh tidak diketahui. Duta Besar Zahir Aghbar, seorang letnan jenderal yang memegang posisi senior dalam keamanan negara Afghanistan, termasuk kepala polisi sebelum menjadi duta besar, menyalahkan kejatuhan Afghanistan itu kepada Ghani, dan segera mengganti potretnya di kedutaan dengan Amrullah Saleh.

“Saya tidak bisa mengatakan bahwa Taliban telah memenangkan perang. Tidak, hanya Dr. Ashraf Ghani yang menyerahkan kekuasaan,”katanya kepada Reuters dalam sebuah wawancara. “Dan hanya Panjshir yang melawan, dipimpin Wakil Presiden Amrullah Saleh,” katanya. “Panjshir berdiri teguh melawan siapa pun yang ingin memperbudak orang.”

Lembah Panjshir yang sempit masih dipenuhi dengan sisa-sisa kendaraan lapis baja yang dihancurkan oleh pasukan pemimpin Mujahidin, Ahmad Shah Massoud selama invasi Soviet tahun 1980-an.

Wilayah itu juga menjadi pusat perlawanan anti-Taliban dalam dekade berikutnya dan benteng utama Aliansi Utara yang didukung Amerika Serikat untuk mengalahkan Taliban pada tahun 2001.

Namun, tidak jelas seberapa signifikan perlawanan Saleh, salah satu pembantu terdekat Ahmadsyah Massoud, atau apakah penangguhan itu merupakan awal dari kompromi dengan Taliban, yang sejauh ini belum memasuki daerah itu.

Putra Massoud yang berusia 32 tahun, Ahmad Massoud, diyakini berada di Panjshir bersama para pendukungnya. Namun hingga saat ini The Jerusalem Post belum memungkinkan untuk menghubungi juru bicaranya.

Laporan yang belum dikonfirmasi juga menunjukkan bahwa sisa-sisa dari beberapa unit elit Pasukan Khusus yang dilatih oleh Amerika Serikat telah mundur ke daerah tersebut, setelah kampanye kilat Taliban yang menyebabkan jatuhnya Kabul pada hari Minggu.

Kemungkinan perlawanan dapat memperumit upaya Taliban untuk memaksakan pemerintahan yang bersatu dari banyak etnis yang ada di Afghanistan. Orang Tajik yang berbahasa Persia di wilayah barat dan utara, termasuk lembah Panjshir, telah lama menentang Pashtun selatan dan timur yang merupakan inti dari Taliban.

Aghbar mengatakan, pemerintah koalisi yang melibatkan Taliban yang akan mewakili semua faksi Afghanistan adalah mungkin, jika mereka “membiarkan orang lain hidup dalam damai dan kesepakatan.” Kelompok relawan bantuan darurat asal Italia mengatakan, rumah sakit mereka di Panjshir beroperasi dan menerima semakin banyak orang yang terluka.

“Mengenai rumah sakit kami … sayangnya kami harus melaporkan bahwa penerimaan untuk operasi perang meningkat,” kata Alberto Zanin, koordinator medis kelompok tersebut. [ The Jerusalam Post]

Back to top button