Crispy

India Pangkas Pajak Konsumsi untuk Mendorong Permintaan setelah Terpukul Tarif Trump

  • Para analis mengatakan pemotongan Pajak Barang dan Jasa ditujukan untuk meningkatkan permintaan pasca tarif Trump 50 persen pada barang-barang India.
  • Pemotongan pajak akan membuat berbagai barang konsumen utama mulai dari sabun batangan hingga sepeda motor menjadi lebih murah, namun kemungkinan akan membebani keuangan publik.

JERNIH – India telah mengumumkan pemotongan pajak pada ratusan barang konsumen mulai dari sabun hingga mobil kecil untuk memacu permintaan domestik dalam menghadapi tantangan ekonomi akibat hukuman tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.

Tindakan tersebut diambil saat tarif AS sebesar 50 persen mulai berlaku bulan lalu, yang meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi. Pajak Barang dan Jasa (GST) telah dirombak untuk menyederhanakan sistem empat tingkat yang rumit di India menjadi dua bagian dan memotong pungutan di seluruh sektor, dalam beberapa kasus lebih dari setengahnya.

Kebijakan ini telah diumumkan Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman. Menkeu mengatakan sebuah panel, yang meneliti reformasi GST, menyetujui pemotongan barang-barang konsumen seperti pasta gigi dan sampo menjadi 5 persen dari 18 persen, dan pada mobil kecil, AC, serta televisi menjadi 18 persen dari 28 persen.

Panel yang dipimpin Sitharaman menyetujui struktur dua tarif sebesar 5 persen dan 18 persen, menggantikan empat tarif yang berlaku saat ini. Rezim pajak baru membuat premi asuransi, termasuk asuransi jiwa dan kesehatan, bebas pajak.

Menteri Keuangan menegaskan pemotongan GST tidak terkait dengan “kekacauan tarif”, dan mengatakan bahwa pemotongan tersebut merupakan bagian dari reformasi yang telah direncanakan sejak lama.

Pemerintah federal dan negara bagian diperkirakan kehilangan 480 miliar rupee India ($5,49 miliar) karena pemotongan yang akan diterapkan mulai 22 September, hari pertama festival Hindu Navratri.

Ditambah dengan pemotongan pajak pribadi yang diluncurkan pada bulan Februari, pengurangan GST diperkirakan akan mendongkrak konsumsi di negara Asia Selatan tersebut, yang ekonominya tumbuh pada laju tak terduga lebih tinggi sebesar 7,8 persen pada kuartal hingga Juni.

“Peningkatan konsumsi sebagai pengganti rasionalisasi tarif GST akan lebih dari sekadar menetralkan potensi dampak terhadap pendapatan,” kata Soumya Kanti Ghosh, kepala ekonom di SBI. “Dampaknya terhadap defisit fiskal hampir tidak signifikan atau bahkan positif.”

Panel tersebut menyetujui pajak sebesar 40 persen pada barang-barang “sangat mewah” dan “berdosa” seperti rokok, mobil dengan kapasitas mesin melebihi 1.500 sentimeter kubik  dan minuman berkarbonasi, kata menteri tersebut.

Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan perusahaan barang konsumen yang bergerak cepat seperti Hindustan Unilever dan Godrej Industries, dan perusahaan elektronik konsumen seperti Samsung Electronics, LG Electronics, dan Sony. Produsen mobil seperti Maruti, Toyota Motor, dan Suzuki Motor diperkirakan akan meraih keuntungan besar.

Dorongan untuk memangkas pajak ini dipicu oleh seruan Perdana Menteri Narendra Modi agar India lebih mandiri, yang bulan lalu berjanji untuk menurunkan GST pada bulan Oktober guna mengimbangi tarif AS hingga 50 persen. Setelah pemotongan pajak diumumkan Rabu (3/9/2025), Modi mengatakan, “Reformasi yang luas akan meningkatkan kehidupan warga negara kita dan memastikan kemudahan berbisnis bagi semua, terutama pedagang dan bisnis kecil.”

Back to top button