Crispy

WHO Pesimistis, Negara Terpapar Covid-19 Harus Siap Perang Besar

Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tampaknya pesimistis dengan obat manjur melawan Covid-19 termasuk vaksin. Negara-negara yang terpapar parah virus ini pun diminta siap-siap untuk menghadapi pertempuran besar.

Menurut WHO kemungkinan tidak akan pernah ada peluru mematikan untuk Covid-19. Lebih dari 18,14 juta orang di seluruh dunia dilaporkan telah terinfeksi penyakit ini dan 688.080 telah meninggal.

Direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Kepala KedarutaanWHO Mike Ryan mendesak semua negara untuk secara ketat menegakkan protokol kesehatan seperti memakai masker, jarak sosial, mencuci tangan dan tes covid-19.

Dia mengatakan masker wajah harus menjadi simbol solidaritas seluruh dunia. “Sejumlah vaksin sekarang dalam uji klinis Fase 3 dan kami semua berharap memiliki sejumlah vaksin efektif yang dapat membantu mencegah orang dari infeksi. Namun, saat ini tidak ada peluru mematikan untuk covid-19, dan mungkin tidak akan pernah ada,” katanya seperti dikutip dari Channel News Asia, kemarin.

Ryan mengatakan negara-negara dengan tingkat penularan yang tinggi, termasuk Brasil dan India, perlu bersiap untuk pertempuran besar. “Jalan keluarnya panjang dan membutuhkan komitmen yang berkelanjutan,” tambahnya.

Sementara itu, WHO mulai mendesak China pada awal Mei untuk mengundang para ahli untuk membantu menyelidiki asal-usul hewan COVID-19. Badan kesehatan PBB mengirim ahli epidemiologi dan spesialis kesehatan hewan ke Beijing pada 10 Juli untuk penyelidikan bagaimana virus memasuki spesies manusia.

Misi pelingkupan mereka sekarang lengkap, kata Tedros. “Tim lanjutan WHO yang melakukan perjalanan ke China kini telah menyelesaikan misi mereka untuk meletakkan dasar bagi upaya bersama lebih lanjut untuk mengidentifikasi asal virus,” katanya.

WHO dan para pakar Cina telah menyusun kerangka acuan untuk studi dan program kerja untuk tim internasional, yang dipimpin oleh WHO. “Tim internasional mencakup ilmuwan dan peneliti terkemuka dari China dan seluruh dunia. Studi epidemiologis akan dimulai di Wuhan untuk mengidentifikasi sumber infeksi potensial dari kasus awal. Bukti dan hipotesis yang dihasilkan melalui pekerjaan ini akan meletakkan dasar untuk studi lebih lanjut, jangka panjang,” tambahnya. [*]

Back to top button