Veritas

Di New York, Pasien Sekarat Dibiarkan, Pasien Baru Coba Diselamatkan

  • Seorang pasien memegang tangan Dr Wolfran dan berkata; kamu tidak bisa melakukan apa-apa. Kami semua sekarat.
  • Banyak rumah sakit memulangkan pasien yang seharusnya dirawat.
  • Akibat seringnya panggilan 99, perawat kini menyebutnya Covid-99.

New York — Seorang petugas medis Jerman di sebuah rumah sakit New York mengungkap situasi mengerikan. “Kami membiarkan pasien sekarat meninggal, agar ventilator bisa digunakan pasien baru,” kata petugas medis itu.

Dr Sigrid Wolfram, berusia 50 tahun, mengemukakan hal itu kepada Bild am Sonntag, surat kabar Jerman, saat mendapat istirahat setelah lima hari kerja.

Menurut Wolfram, petugas medis mencoba tidur antar pukul 03:00 dan 07:00 pagi, tapi tidak bisa. Alih-alih tidur, para petugas medis hanya membolak-balikan badan di kasur, dengan pikiran melayang ke ruang pasien.

Baca Juga:
— Kota New York Kesulitan Memakamkan Jenazah Korban Covid-19
— Nadia Sang Harimau New York Terjangkit Covid-19
— 25 Juta Penduduk California Berpotensi Terjangkit Virus Korona

Dr Wolfram adalah ibu dua anak berusia 10 dan 12. Ia meninggalkan Jerman tahun 1995, untuk belejar kedokteran di AS. Kini dia menjadi dokter darurat di RS Kings County, New York.

Hanya ada 600 tempat tidur di RS Kings County, dan seluruhnya pasien Covid-19. Bangsal anak-anak telah diubah karena unit perawatan intensif penuh

Di depan rumah sakit, tenda-tenda didirikan agar pasien baru tidak perlu menunggu di luar tanpa perawatan.

“Setiap jam kami mendengar panggilan darurat 99,” kata Dr Wolfram sambil berurai air mata. “Kami kini menyebutnya Covid-99.”

Menurut Dr Wolfram, semua pasien sekarat. Ketika pasien baru datang, dan butuh pertolongan secepatnya, perawat mencabut ventilator dari pasien sekarat. Atau pasien tanpa harapan hidup dibiarkan sekarang, agar ventilator tersedia untuk yang lain.

“Dua hal terburuk di rumah sakit adalah berjuang menyelamatkan nyawa pasien dan melihat mereka mati, serta berurusan dengan kerabat korban,” kata Dr Wolfram.

Keluarga pasien tidak diijinkan menjenguk, dan menemani. Pasien sekarat dan meregang nyawa sendirian. Tidak peduli apakah mereka berusia 60 atau 90 tahun.

“Suatu kali seorang pasien mengatakan kepada saya; kamu tidak bisa apa-apa, kami semua sekarang,” kata Dr Wolfram. “Usai bicara, pasien itu meninggal. Tanpa keluarga.”

New York adalah episentrum Covid-19 di AS, dengan kematian — menurut Universitas John Hopins — 3.048. Di luar rumah sakit, jalan-jalan kota berpenduduk 8,5 juta orang sedemikian lengang.

Banyak rumah sakit terpaksa memulangkan pasien yang seharusnya mendapat perawatan. “Saya memberinya Tylenol, pereda demam dan nyeri,” kata Dr Wolfram. “Padahal, mereka seharusnya dirawat.”

Mereka yang dibiarkan pulang akan kembali dalam keadaan memburuk. Dr Wolfram yakin situasi ini baru awal. AS membutuhkan bantuan dari luar.

Ketika ditanya mengapa bertahan dan terus merawat pasien, Dr Wolfram mengatakan; “Ini tugas saya. Seseorang harus melakukannya, dan saya berada di sana saat dibutuhkan.”

Back to top button